Network
Literasi News - Banjir melanda beberapa kecamatan di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, pada Kamis 3 Desember 2020 dini hari. Sedikitnya ada 12 desa di tujuh kecamatan yang terdampak banjir tersebut.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas melaporkan banjir yang terjadi pukul 03.00 WIB dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi. Debit air hujan yang tinggi mengakibatkan tujuh kecamatan tergenang banjir.
Dilansir Literasinews dari laman resmi BNPB, ketujuh kecamatan yang dilanda banjir yaitu Kembaran, Patikraja, Kebasen, Rawalo, Gumelar, Banyumas dan Somagede. Dalam peristiwa it tiga warga mengalami luka ringan, sedangkan warga terdampak sebanyak 205 keluarga.
Baca Juga: Kalau Kamu Beneran Bakso Hunter, Merapat Yuk ke Bakso Mang Dadang di Bandung Timur
Di samping itu, sekitar 70 keluarga atau 400 jiwa warga sempat mengungsi ke tempat yang aman. Mereka yang tadinya mengungsi kini telah Kembali ke rumah masing-masing.
Kerugian materi tercatat ada dua unit rumah terbawa arus air. Saat banjir berlangsung, tinggi muka air mencapai 1,5 meter. Perkembangan pada pukul 18.00 WIB, hujan masih terjadi dengan intensitas ringan hingga sedang. Namun genangan air berangsur-angsur surut di beberapa titik. Informasi sore mencatat tinggi muka air sekitar 40 - 100 cm.
Sementara itu banjir juga menerjang dua kecamatan di Kota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan, Kamis pukul 01.00 WIB. Banjir dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi dan meluapnya Sungai Lebung dan Sungai Keleker yang melintas di wilayah kota.
Baca Juga: Logistik Pilkada Cianjur Mulai Didistribusi ke Delapan Kecamatan di Wilayah Selatan
Dua kecamatan terdampak yaitu Prabumulih Selatan dan Sukaraja. Sebanyak 179 keluarga terdampak. Saat kejadian tinggi muka air antara 40 hingga 100 cm. Namun banjir berangsur surut dan masih terjadi genangan di beberapa titik setinggi 40 cm.
BPBD Kota Prabumulih melakukan kaji cepat dan berkoordinasi dengan dinas terkait. Pemerintah daerah telah mengimbau warga untuk selalu waspada terhadap potensi bahaya hidrometerologi, mengingat musim penghujan berlangsung hingga puncaknya pada Januari tahun depan.
