Soal Pengadaan Bibit Pohon, Dengarkan Nih Masukan Inovatif dari Yayasan Odesa Indonesia

29 November 2020, 12:24 WIB
Pemerintah bisa mendorong masyarakat di setiap desa untuk penyediaan bibit pohon agar lebih mudah dan murah dalam pengadaan bibit yang dibutuhkan untuk penghijauan. /Foto: Dok. Yayasan Odesa Indonesia/Literasi News

Literasi News - Yayasan Odesa Indonesia memberi masukan kepada pemerintah terkait penghijauan melalui gerakan penanaman pohon.

Di antaranya, pengalokasian anggaran pemerintah daerah atau dana desa untuk mendukung pembibit di lokasi desa setempat, agar saat dibutuhkan bisa mendapatkan akses lebih dekat dengan harga bibit pohon yang murah.

Hal itu diampaikan Ketua Yayasan Odesa Indonesia pada Sabtu, 28 November 2020 dalam rangka memperingati Hari Tanam Pohon Nasional 2020.

Baca Juga: Subhanalloh, Gunung Ili Lewotolok NTT Meletus Dahsyat Pagi Hari Ini

Faiz menjelasakan, Yayasan Oseda Indonesia memahami dengan betul bahwa untuk memaksimalkan kerja untuk penghijauan dibutuhkan strategi yang khusus.

“Untuk aksi masal jelas membutuhkan biaya besar. Belum lagi dalam usaha pendampingan kerja di masyarakat,” Ujarnya.

Ada beberapa masukan dari Yayasan Oseda Indonesia yang disebutkan dalam Peringatan Hari Tanam Nasional.

Baca Juga: Cara Mudah dan Praktis, Pastikan Anda Terdaftar Sebagai Pemilih di Pilkada 2020

Literasi News

Pertama, Faiz menyebutkan bahwa pemerintah bisa melakukan program ‘Satu Desa Satu Pembibitan’.

“Dana pemerintah kabupaten maupun dana desa bisa mendorong pembibit agar saat kegiatan menanam pohon bisa mendapatkan akses terdekat dan bisa memurahkan bibit,” Ujar Faiz memberi masukan.

Menurutnya, salah satu alasan yang membuat pemerintah minim melakukan tanam pohon adalah alasan belanja dan tidak mengusahakan pembibitan sendiri.

Baca Juga: Sukabumi Diguncang Gempa Magnitudo 4.9

Faiz menjelaskan bahwa jika pemerintah memiliki bibit sendiri, maka pemerintah bisa menyesuaikan tanaman apa saja yang akan ditanam.

“Dengan memiliki pembibitan sendiri, pemerintah juga bisa menyesuaikan jenis-jenis tanaman yang akan ditanam, terutama jenis tanaman buah,” Ujarnya.

Kedua, Faiz menyebutkan bahwa pemerintah dapat melakukan program ‘Bibit Tanaman Buah’.

Baca Juga: Hasil Liga Inggris pekan ini. Manchester City Pesta Gol, Liverpool Gagal Menang

Selama ini pemerintah hanya menyebarkan bibit tanaman kayu, sehingga menyebabkan banyak petani yang menolak, kata Faiz.

“Kalaupun petani menerima bibit tanaman kayu, otomatis dalam waktu 3-5 tahun pasti ditebang kembali sehingga mengurangi jumlah pohon,” Ujarnya.

Faiz menambahkan jika pemerintah memberikan bibit tanaman buah, maka para petani akan menghasilkan buah dan mengurangi penebangan pohon.

Baca Juga: Yuk Intip Rekomendasi Jurusan Kuliah Buat Kamu yang Ekstrovert

“Jika yang diberikan adalah bibit tanaman buah. Hasil buahnya yang dipetik, bukan kayunya,” Lanjutnya.

Ketiga, Faiz menyebutkan pemerintah dapat melakukan program ‘Penghapusan Kebijakan Model Top-Down’.

Menurut Faiz, kebijakan yang sifatnya intruksional sudah bukan di zamannya lagi karena menurutnya, petani lebih mengerti situasi di area pertaniannya.

Baca Juga: Sisa Anggaran Subsidi Kuota Internet 1,3Triliun Bakal Diusulkan untuk Belanja Alat Prokes Sekolah

“Dalam gerakan penghijauan pemerintah tidak pernah menyatu dengan petani, padahal aktor lingkungan yang paling berurusan dengan pohon adalah petani,” Ujarnya.

Yang disediakan oleh pemerintah hanya bibit kayu dengan jumlah sedikit, Kata Faiz.

“Banyak petani menunggu bibit buah tetapi pemerintah hanya menyediakan bibit kayu, itupun jumlahnya sangat sedikit,” Lanjutnya.

Baca Juga: Jadwal Bundesliga Pekan Ini dan Siaran Langsung di NET TV

Keempat, Faiz menebutkan bahwa pemerintah harus bisa menguasasi model pertanian agroforestry.

Menurutnya, pemerintah harus bisa menguasai model pertanian agroforestry agar pemerintah bisa seimbang dan tidak hanya mendukung pertanian yang monokultur.

“Pemerintah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat mesti menguasasi model pertanian agroforestry dan tidak terus menerus mendukung pertanian monokultur,” Ujarnya.

Baca Juga: Masih Banyak Kepala Sekolah yang Ketakutan Belanja Alat Protokol Kesehatan

Selain menguntungkan untuk petani, model pertanian agroforestry memberi dampak yang baik pula untuk lingkungan.

“Usaha perbaikan pertanian agroforestry selain menguntungkan petani dari sisi ekonomi juga akan lebih banyak memberi dampak perbaikan lingkungan,” pungkas Faiz.***

Editor: Atep Abdillah Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler