Network
Literasi News - Sebelum pandemi Covid 19 terjadi, Mekkah dan Madinah dikenal sebagai kota yang tidak pernah tidur. Hampir 24 jam jamaah umroh dari berbagi penjuru dunia sibuk dengan berbagai aktifitas ibadah di dua tempat haram ini.
Suatu pemandangan yang tidak pernah saya lewatkan dan terkadang membuat mata ini menangis. Yang membuat terharu adalah setiap adzan berkumandang apalagi setelah selesai melaksanakaan sholat lautan manusia dari berbagai negara, berbeda bahasa, berbeda warna kulit, dan status sosial memenuhi sekitaran dua masjid suci ini.
Mereka saling sapa meskipun boleh jadi tidak saling memahami bahasa satu sama lain. Namun seolah hati mereka dipautkan oleh bahasa "iman" sehingga mereka tidak ada lagi hambatan bahasa "lisan" untuk mencurahkan rasa persaudaraan di antara mereka.
Baca Juga: Alhamdulillah, Layanan Pendaftaran Keberadaan Pesantren Sudah Dibuka, Buka LInknya di Sini
Banyaknya jamaah yang berkunjung ke tempat ini sehingga tumbuhnya perekonomian di dua tempat yang berkahi ini, khususnya di sekitar wilayah Masjid Nabawi yang sekarang saya tengah menjalani karantina dua hari ini.
Sebelum pandemi, setiap keluar masjid selesai menunaikan sholat hampir tidak ada toko yang tidak ada pengunjungnya. Semua toko ramai dengan para jamaah yang membeli oleh-oleh untuk buah tangan ketika kembali ke tanah airnya.
Banyaknya jamaah umroh dari berbagai negara khususnya jamaah umroh dari indonesia yang paling ramai, membuat para pelayan toko pandai dalam mengucapkan bahasa indonesia. Bahkan pandai mengucapkan bahasa sunda meskipun dengan sekedar mengucapkan kalimat; 'kadararieu.. kadararieu..' Suatu keadaan yang menarik serta lucu, tidak pernah terlupakan.
Baca Juga: Liverpool Akhirnya Bisa Menang Lagi, Taklukkan Tottenham. City Kokoh Pimpin Klasemen Liga Inggris
Namun situasi seperti itu tidak saya jumpai pada umroh kali ini. Hotel-hotel kebanyakan pada gelap, para pelayan toko yang awalnya ramai menawarkan barang kepada jamaah umroh kebanyakan tutup, hanya satu atau dua toko yang buka itu pun saya lihat sepi pengunjung.
Saya menatap pemandangan ini dari jendela kamar hotel tempat saya karantina selama dua hari. Sambil termenung apakah keadaan dulu akan kembali lagi? Madinah, 27 Januari 2021 pukul 03.34 WAS.***
(H. Asep Dadan Wildan, M.A)
