Network
Literasi News - Rasulullah SAW bersabda:
وسئل النبي صلى الله عليه وسلم : اي الناس أشد بلاء؟ قال : الانبياء ثم الأمثل فيبتلى الرجل على حسب دينه فان كان دينه طلبا اشتد بلاؤه, وان كان فى دينه رقة ابتلى على حسب دينه, فما يبرح البلاء بالعبد حتى يتركه يمشى على الارض ما عليه خطيئة (رواه الترمذى وابن ماجة والامام احمد
Rasulullah SAW ditanya : ‘Siapakah orang yang lebih berat cobaannya?’ Rasulullah SAW menjawab : ‘Para Nabi, kemudian orang-orang yang utama dan seterusnya; seseorang yang diuji menurut kadar agamanya. Apabila agamanya kuat, maka cobaannya keras; dan apabila agamanya tipis maka ia maka dicoba sesuai dengan kadar agamanya. Cobaan terus menimpa seorang hamba sampai dirinya bersih dari dosa”( Hadits riwayat Turmudzi, Ibnu Majjah dan Imam Ahmad).
Baca Juga: Target Menjadi Pemenang Pemilu, PKB Jabar Cetak 500 Ribu Kader Inti
Ada dua hal yang dijelaskan oleh Nabi SAW dalam hadits di atas. Yang pertama, Rasulullah SAW mengisyaratkan bahwa ringan atau beratnya cobaan yang menimpa seseorang pada hakikatnya adalah gambaran kualitas iman seseorang di hadapan Allah SWT.
Makin tinggi keimanannya maka akan semakin berat cobaan yang akan menimpanya, demikian pula sebaliknya.
Yang kedua, cobaan yang menimpa seseorang pada hakikatnya pada pandangan Allah SWT merupakan kifarat untuk dosa-dosanya. Ketika ia telah berhasil melalui cobaan tersebut maka ia telah kembali menjadi manusia yang bersih dari dosa.
Pada realitas kehidupan pandangan kita seringkali terbalik, ketika sedang menghadapi suatu cobaan seakan kita menjadi manusia yang terhinakan yang akhirnya sering merasa rendah diri.
Demikian pula ketika kita melihat orang lain sedang ditimpa suatu cobaan, sering beranggapan orang tersebut kurang beruntung.
