Tantangan Budaya Literasi Sekolah di Tengah Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi

- 22 September 2020, 12:10 WIB
Prof. Dr. Riswanda Setiadi, M.A dalam pengukuhan guru besar Universitas Pendidikan Indonesia 06 Agustus 2020.
Prof. Dr. Riswanda Setiadi, M.A dalam pengukuhan guru besar Universitas Pendidikan Indonesia 06 Agustus 2020. /DOK. HUMAS UPI/

Kecenderungan yang terjadi saat ini adalah bahwa anak-anak sudah menjauh dari layar televisi tetapi dekat dari layar gawai yang ada di tangan mereka. Teknologi digital menjadikan mereka sebagai warga global dan dunia ada di dalam genggaman mereka.

Dengan kata lain, literasi tidak lagi menjadi sebuah kegiatan tetapi merangkum berbagai peristiwa sosial, kultural dan kognitif.

Dalam konteks kekinian, terutama setelah perkembangan multimedia yang pesat, kita menyaksikan bahwa literasi sangat penting “untuk berpartispasi secara penuh dalam urusan publik dan ekonomi sehingga individu-individu dituntut untuk memiliki kemampuan analisis simbolik, berpikir kritis, kesadaran antar-budaya dan kesadaran meta-linguistik.

Hal menarik lain yang berkaitan dengan masalah rendahnya kebiasaan literasi di dalam masyarakat Indonesia adalah ketidakpadanan atau “mismatch” antara budaya sekolah dan budaya rumah, yaitu kesenjangan dalam praktek literasi di sekolah dan lingkungan rumah.

Sekolah mendorong anak-anak untuk terbiasa dalam kegiatan literasi, tetapi lingkungan rumah tidak mendukung budaya sekolah ini karena berbagai alasan.

Masalah kronis ini belum dipecahkan secara tuntas sejak lama karena tidak ada intervensi yang komprehensif.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah model intervensi interdisipliner dan sosial-budaya untuk memberdayakan semua pemangku kepentingan untuk memecahkan masalah ini.***

Halaman:

Editor: Zaenal Mutaqin

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x