Tantangan Budaya Literasi Sekolah di Tengah Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi

- 22 September 2020, 12:10 WIB
Prof. Dr. Riswanda Setiadi, M.A dalam pengukuhan guru besar Universitas Pendidikan Indonesia 06 Agustus 2020.
Prof. Dr. Riswanda Setiadi, M.A dalam pengukuhan guru besar Universitas Pendidikan Indonesia 06 Agustus 2020. /DOK. HUMAS UPI/

Literasi News- Pada April 2016, Central Connecticut State University merilis data tentang negara paling literat sedunia dan menempatkan Indonesia pada peringkat 60 dari 61 negara yang diteliti.

Indonesia berada satu peringkat di atas Bostwana. Memang miris dan ironis bila data ini benar-benar menggambarkan kondisi literasi di Indonesia saat ini karena hal ini menunjukkan betapa jauh jarak antara manusia Indonesia dan buku.

Sebelumnya pada 2014 UNESCO menyatakan bahwa anak-anak Indonesia membaca hanya 27 halaman buku dalam satu tahun dan mereka hanya menyediakan waktu selama 2-4 jam membaca sehari sedangkan standar UNESCO adalah 4-6 jam per hari, sedangkan anak-anak di negara maju membaca selama 6-8 jam per hari (Kompas, 12 Mei 2016).

Hasil dari berbagai survei tersebut menunjukkan bahwa literasi merupakan masalah yang serius dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Kepedulian publik terhadap perkembangan kemampuan anak-anak membaca dan menulis merupakan satu fakta sosial yang penting, namun fakta ini seringkali tidak didukung oleh respons politik yang serius dan komprehensif.

Tentunya kondisi ini tidak mudah diperbaiki, terutama di tengah-tengah budaya yang mengarusutamakan kecakapan lisan dalam bertutur dan bernalar.

Namun demikian, budaya ini harus diubah dan diperbaiki agar bangsa dan negara Indonesia tidak selalu dipermalukan di muka dunia setiap kali data tentang indeks literasi dipublikasikan oleh lembaga-lembaga internasional tertentu.

Mungkin kita bertanya mengapa membaca buku masih menjadi tolok ukur kegiatan literasi padahal bahan bacaan daring (online) begitu melimpah seolah-olah tidak terbatas.

Ternyata hasil peneliti membuktikan bahwa kegiatan membaca online tidak menghasilkan pemahaman dan kemampuan berpikir ktirik yang tinggi di antara para pembaca.

Halaman:

Editor: Zaenal Mutaqin

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x