PVMBG Sebut Gempa Sulbar Akibat Sesar Naik, Dahulu Pernah Picu Tsunami

15 Januari 2021, 21:21 WIB
Pusat gempa dengan magnitudo 6,2, terletak di darat pada kedalaman 10 km, berjarak sekitar 35 km selatan Kota Mamuju (ibu kota Provinsi Sulawesi Barat) dan berjarak sekitar 62,2 km utara Kota Majene (ibu kota Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat) /Badan Geologi/

Literasi News - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan penjelasan terkait gempa bumi berkekuatan 6,2 magnitudo yang terjadi di Sulawesi Barat (Sulbar) pada Jumat 15 Januari 2021 dini hari pukul 01:28:17 Waktu Indonesia Barat (WIB).

Adapun lokasi pusat gempa bumi terletak di darat pada koordinat 2,98°LS dan 118,94°BT, dengan magnitudo (M6,2) pada kedalaman 10 km, berjarak sekitar 35 km selatan Kota Mamuju (ibu kota Provinsi Sulawesi Barat) dan berjarak sekitar 62,2 km utara Kota Majene (ibu kota Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat)

Dalam laporannya yang dirilis di laman Badan Geologi, Kementerian ESDM, disebutkan bahwa berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari USGS Amerika Serikat dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi di Sulawesi Barat berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif di sekitar lokasi pusat gempa bumi yang berupa sesar naik (dengan kedudukan N 28°E, dip 21° dan rake 104° atau kedudukan N 351°E, dip 16° dan slip 94°).

Baca Juga: Pemkab Cianjur akan Meningkatkan Tensi Sanksi bagi Pelanggar Protokol Kesehatan

Laporan PVMBG menyebutkan bahwa berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sesar naik ini tergolong sudut landai dan blok bagian timur relatif bergerak naik terhadap blok bagian barat bidang sesar.

Jalur sesar naik ini berasosiasi pula dengan lipatan atau yang biasa disebut fold thrust belt yang banyak terdapat di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat.

Laporan itu menyebutkan jalur sesar naik kemudian diperkirakan menerus ke arah darat. Adapun kejadian gempa bumi ini diperkirakan diawali dengan gempa bumi pembuka yang terjadi pada Kamis 14 Januari pukul 13:35:49 WIB yang berkekuatan 5,9 magnitudo.

Baca Juga: Innalillahi, Ulama Kharismatik ‘Sayyidil Walid’ Habib Ali Assegaf, Wafat

Sedangkan menurut catatan Badan Geologi gempa bumi yang diakibatkan sesar naik di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat seperti ini sebelumnya pernah terjadi pada tahun 1928, 1967, 1969, dan 1984 serta memicu terjadinya peristiwa tsunami. Namun kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami, karena lokasi pusat gempa bumi terletak di darat.

Adapun laporan PVMBG Badan Geologi juga menjelaskan secara morfologi wilayah yang terletak dengan sumber gempa bumi yaitu Kabupaten Majene dan sekitarnya terdiri dari perbukitan terjal, lembah, dan dataran pantai yang tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier, Tersier, dan Endapan Kuarter.

Laporan itu menyebutkan Endapat Kuarter dan batuan berumur Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan tersebut bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak, dan memperkuat guncangan. Sehingga karakteristiknya sangat rawan terhadap guncangan gempa bumi.

Baca Juga: Pendukungnya DIpenjara dan Tewas, Donald Trump Bersantai di Resor Mewah, LIhat Foto-fotonya

Selain itu morfologi terjal yang tertutup oleh batuan berumur Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan akan berpotensi terjadi gerakan tanah/ longsoran apabila dipicu guncangan gempabumi kuat di daerah ini.

Berdasarkan data per 15 Januari 2021 pukul 20.00 WIB, Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat gempa 6,2 magnitudo di Sulawesi Barat bertambah menjadi 42 orang dengan rincian 34 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan delapan orang di Kabupaten Majane.***(Daulat)

Editor: Atep Abdillah Kurniawan

Sumber: PVMBG

Tags

Terkini

Terpopuler