Network
Literasi News - Allah SWT maupun Nabi SAW menganjurkan saat menghadapi berbagai keadaan, menekankan pentingnya ikhtiar dan doa, adapun hasil akhirnya diserahkan kepada Allah SWT.
Keseimbangan antara ikhtiar atau usaha yang optimal dan doa sebagai refleksi keimanan kepada yang Maha Menentukan segalanya, ini yang dalam terminologi Islam disebut dengan tawakkal ( Ali 'Imran [3]: 159)
Dalam menyikapi keadaan pandemi seperti saat ini tentu implementasi tawakkal harus dijadikan dasar dalam mengambil sikap, yaitu keseimbangan antara usaha dengan mengerahkan segala potensi yang dimiliki dan berdoa sebagai bukti keyakinan kita pada kekuasaan Allah SWT yang memiliki hak prerogatif dalam menetukan segalanya.
Sebab banyak di antara saudara-saudara kita yang memiliki faham fatalisme ketika menghadapi keadaan ini. Fatalisme adalah suatu pandangan yang meyakini bahwa seseorang sudah dikuasai oleh takdir dan tidak bisa mengubahnya.
Mereka mengabaikan sisi ilmiah dan sisi ikhtiar serta mengabaikan sains dan usaha dalam menghadapi fenomena ini dengan menggunakan doktrin-doktrin agama, seolah-olah usaha apapun tidak ada gunanya sebab tidak ada yg dapat merubah keadaan ini hanya sepenuhnya kehendak Allah SWT.
Baca Juga: Berikut Formasi CPNS, PPPK Non Guru dan PPPK Guru di Kota Bandung 2021
Sebaliknya, kita pun dilarang takut berlebihan dalam menghadapi keadaan semua ini. Sebab pada hakikatnya semua cobaan yang Allah SWT berikan kepada kita adalah sebagai alat penguji akan kesabaran kita dalam menghadapi keadaan yang tidak normal ini.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَىْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوٰلِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِينَ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,"
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 155). Semoga bermanfaat.***
(H. Asep Dadan Wildan, M.A)
