Literasi News – Tragedi kerusuhan dalam pertandingan BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan Malang menjadi sorotan berbagai pihak, termasuk media asing.
Salah satu sorotan datang jurnalis Al Jazeera, Jessica Washington, yang menyebut kerusuhan dan kekerasan sebagai “kebiasaan” dalam sepak bola Indonesia.
Namun, menurutnya peristiwa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan adalah bencana yang hampir belum pernah terlihat dalam event olah raga.
“Kekerasan dan kerusuhan adalah hal yang biasa terjadi pada pertandingan sepak bola di Indonesia, tapi kami belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya,” katanya dikutip Literasi News dari Al Jazeera.
“Ini adalah tragedi bersejarah, tidak hanya untuk sepak bola di Indonesia tetapi juga sepak bola internasional. Ini adalah salah satu tragedi terbesar yang pernah dilihat olahraga ini (sepak bola), dalam hal kekerasan penggemar, dalam hal kematian penggemar di sebuah pertandingan,” tambahnya.
Tak dipungkiri, kerusuhan yang terjadi dan menewaskan setidaknya 174 orang di Stadion Kanjuruhan menjadi salah satu tragedi terbesar sepanjang sejarah sepak bola internasional.
Baca Juga: Tolak Kenaikan Tarif Retribusi, Pedagang Pasar Wisata Cibodas Blokir Gerbang Masuk
Al Jazeera mencatat, tragedi terbesar dalam pertandingan sepak bola terjadi pada 1964 saat Peru bertanding melawan Argentina di Stadion Nasional Lima dengan korban tewas sebanyak 320 orang.
Dua peristiwa terbaru pernah terjadi di Stadion Yaounde Olembe Kamerun pada 2022 lalu jelang laga babak 16 besar melawan Komoro.
Dalam tragedi itu, setidaknya delapan orang tewas dan 38 lainnya mengalami luka-luka setelah terinjak-injak supporter lainnya.
Tragedi lain akibat kerusuhan supporter sepak bola juga pernah terjadi dalam laga antara Al Mashry melawan Al Ahly di Liga Mesir pada 2012 silam.
Kerusuhan yang terjadi di Kota Port Said di pengujung pertandingan itu menewaskan sedikitnya 73 orang dan melukai lebih dari 1000 orang.
Akibat dari kerusuhan yang terjadi, otoritas Mesir pun menangguhkan jalannya liga selama dua tahun.***