Penyair Difabel ‘Opik Geulang’ akan Bedah Buku Puisinya dalam 'Nyarisi' di Hari Sumpah Pemuda

26 Oktober 2020, 01:40 WIB
'Nyarisi' (Nyaritakeun Puisi) akan mengisi Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober dengan kegiatan bedah buku puisi karya Opik Geulang, seorang penyair difabel asal Bandung. /

Literasi NewsDifabel atau keterbatasan fisik bukanlah halangan bagi seorang pemuda asal Bandung yang bernama Taufik Hidayat alias Opik Geulang ini untuk berkarya. Mengisi Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, Opik akan membedah buku kumpulan puisi karyanya yang berjudul "Keterbatasan Bukan Berarti Dunia Itu Terbatas".

Bedah buku karya Opik Geulang akan digelar di Brix Salis Hotel, Jalan Dr Setiabudi Nomor 272 Kota Bandung, Rabu 28 Oktober mendatang. Kelompok diskusi budaya Tritangu sebagai penyelenggara, tengah bersiap dengan diskusi buku tersebut yang dikemasnya dengan topik "Nyaritakeun Puisi (Nyarisi)".

Baca Juga: Morbidelli Juarai Seri MotoGP Teruel, Mir Kokoh di Puncak Klasemen

Mengutip biografi Opik Geulang, yang dirilis oleh Tritangtu, terungkap sejumlah catatan penting dan unik mengenai perjalanan hidup Taufik Hidayat, pemuda kelahiran Bandung 23 Maret 1975 itu. Opik yang terlahir dengan dibarengi kondisi Celebral Palsy, kemudian terbangun motivasinya untuk menulis puisi sejak di bangku SMP.

Opik kini banyak mengasah gagasan-gagasan kreatifnya di beberapa komunitas budaya, seperti Bengkel Kreasi Gapat, Sanggar Olah Seni, Majelis Sastra Bandung, Yayasan Sidikara Bandung, Bandung Independent Living Center (BILC), dan Smile Motivator.

Baca Juga: Ditengah Pandemi Kemendikbud Sukses Gelar LKS SMK, 126 Peserta Akan Ikut Kompetensi Internasional

Ketua Pelaksana Nyarisi, Doddi Eka Pratama (Doddi Kiwari) menyebutkan, pada tahun 2010 Opik Geulang meluncurkan buku kumpulan puisi pertamanya berjudul ‘Isi Otakku’. Tiga tahun kemudian, yakni tahun 2013, Opik kembali meluncurkan buku antologi puisi bersama Muhammad Budi Pramono yang terbit dengan judul ‘Ruang Sunyi’.

Doddi menegaskan, tujuan dari kegiatan Nyarisi ini sebagai salah satu bentuk kepedulian pemuda terhadap pelestarian dan pengembangan karya sastra. Selain itu, menjadikan motivasi kepada generasi penerus bangsa untuk tidak malu dalam berkarya.

Baca Juga: Diduga Kena Jerat Babi, Macan Tutul yang Terluka Parah Ini Dirawat di Kebun Binatang Bandung

Selebihnya, sebagai bentuk kampanye cinta membaca dan menulis, sekaligus sebagai apresiasi dalam menyambut Hari Sumpah Pemuda

Terkait penyelenggaraan acara, pandemi Covid-19 membuat pihaknya harus melakukan pembatasan jumlah penonton dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Selain bedah buku, kegiatan Nyarisi juga diwarnai dengan musikalisasi puisi dan pameran lukisan.

Baca Juga: Curhatan Rektor USB YPKP Bandung, Beginilah yang Ditakutkan Para Dosen Jika Pandemi Tak Berhenti

"Untuk bedah buku, selain Opik Geulang sebagai penulis, juga menghadirkan Kyai Matdon (Ro’is Am Majelis Sastra Bandung), dan Bilven yang merupakan penerbit Ultimus.***

Editor: Atep Abdillah Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler