Tinggal Satu Jam Lagi

- 24 Januari 2021, 05:05 WIB
Foto Ilustrasi. Malaysia 2002, Asep Dadan Wildan
Foto Ilustrasi. Malaysia 2002, Asep Dadan Wildan /Dok. Asep Dadan Wildan

Oleh: Asep Dadan Wildan

Literasi News - Hari ini tanggal 24 Januari, 18 tahun yang lalu tepatnya hari Jumat 24 Januari 2003, merupakan hari yang sangat istimewa dan sangat saya nantikan. Pagi itu waktu telah menunjukkan pukul tujuh pagi waktu malaysia, tidak seperti biasanya saya agak pagi sudah siap-siap hendak berangkat menuju kampus di salah satu universitas negeri di Kuala Lumpur Malaysia tempat saya studi.

Hari itu, tepatnya pukul sembilan pagi merupakan saat yang ditunggu-tunggu. Dua tahun lamanya berjuang mencari ilmu di negeri tetangga, hingga sampailah pada hari yang dinantikan yaitu sidang tesis saya.

Di antara harap dan cemas menunggu waktu yang satu ini, tapi saya agak optimis. Sebab beberapa hari sebelum saya submit atau menyerahkan tesis ke pihak akademik untuk daftar sidang, pembimbing saya bilang, "tesis awak dah bagus paling kurang sikit-sikit dari penulisannya sahaja", (tesis anda sudah bagus paling kurang sedikit-sedikit dari penulisannya saja). Demikian perkataan pembimbing yang saya ingat waktu itu dengan ciri khas dialek melayunya.

Baca Juga: Gol Bunuh Diri, Arsenal Tersingkir dari Piala FA. Ini Jadwal Pertandingan dan Siaran Langsung di RCTI, beIN

Saya juga membayangkan kayanya orang tua saya akan gembira jika nanti mendengar kabar bahwa saya lulus. Lamunan itu muncul sambil menyiapkan tas yang berisi tesis yang telah disiapkan beberapa hari lalu di meja sederhana di kamar saya.

Memang, sejak dari awal sudah direncanakan membuat kejutan untuk orang tua, khususnya Ibu yang selalu menanyakan kapan saya selesai kuliah. Makanya, handphone telah saya isi pulsa yang cukup karena rencananya setelah ada keputusan sidang nanti jam sembilan, saya akan langsung telpon Emak saya di Bandung-Indonesia. Emak itu panggilan saya kepada ibu.

Maaf ya dulu belum ada whatsApp atau sejenisnya, sehingga jika menelpon ke luar negeri harus rooming dan memakan pulsa yang lumayan mahal untuk ukuran mahasiswa seperti saya yang cari uang sendiri di negeri jiran ini.

Kembali ke beberapa tahun yang lalu, ketika memilih jurusaan kuliah S1 di Bandung, saya memilih jurusan tafsir. Alasannya sangat sederhana karena saya sering mengikuti pengajian tafsir Emak saya di pesantren yang Emak dan Bapak kelola, pesantren sederhana di wilayah Bandung.

Baca Juga: Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo Menjalani Isolasi Mandiri Setelah Umumkan Positif Corona

Halaman:

Editor: Hasbi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x