Selintas menyinggung sejarah kehidupan Suku Bajo, Umar bercerita, sejak kedatangannya ke Desa Torosiaje pada tahun 1901 hingga tahun 1950-an, masyarakat Suku Bajo sepenuhnya hidup di atas perahu.
Semua aktivitas dari tidur, memasak, mencari ikan, dilakukan di perahu. Aktivitas seperti itu sudah menjadi kebiasaan sehari-hari karena hidup mereka masih berpindah-pindah dari pesisir satu ke pesisir lainnya mengikuti perubahan musim.
Baca Juga: Janjikan Beasiswa ke Anak Pemulung, Mensos Risma: Di Surabaya Juga Anak Tukang Batu Jadi Sarjana
“Mulai membangun rumah antara tahun 45 sampai 50-an. Itupun tidak semuanya, paling empat sampai lima buah. Dan tahun 60-an itu sudah pada banyak. Sebelumnya di perahu, tidurnya, alat masaknya, alat tangkap ikannya, keluarganya, anak-anaknya,” tutur Umar.
Sejak tahun 50-an itulah masyarakat suku Bajo menetap di pantai tersebut dengan rumah -rumah panggung di atas air. Tak berasa, jumlah penduduknya kini sudah mencapai 1.448 jiwa, yang terbagi dalam 450 kepala keluarga.***