Jejak Pandemi di Pesisir Gorontalo [2]: 'Torosiaje' Lagu Spirit Kehidupan Suku Bajo

- 31 Desember 2020, 20:04 WIB
Hutan Mangrove di sepanjang pesisir Torosiaje, Kec. Popayato, Kab. Pohuwato, Gorontalo. Masyarakat suku Bajo mengandalkan kehidupannya dari hutan Mangrove ini.
Hutan Mangrove di sepanjang pesisir Torosiaje, Kec. Popayato, Kab. Pohuwato, Gorontalo. Masyarakat suku Bajo mengandalkan kehidupannya dari hutan Mangrove ini. /Atep AK/Literasi News

Selintas menyinggung sejarah kehidupan Suku Bajo, Umar bercerita, sejak kedatangannya ke Desa Torosiaje pada tahun 1901 hingga tahun 1950-an, masyarakat Suku Bajo sepenuhnya hidup di atas perahu.

Semua aktivitas dari tidur, memasak, mencari ikan, dilakukan di perahu. Aktivitas seperti itu sudah menjadi kebiasaan sehari-hari karena hidup mereka masih berpindah-pindah dari pesisir satu ke pesisir lainnya mengikuti perubahan musim.

Baca Juga: Janjikan Beasiswa ke Anak Pemulung, Mensos Risma: Di Surabaya Juga Anak Tukang Batu Jadi Sarjana

“Mulai membangun rumah antara tahun 45 sampai 50-an. Itupun tidak semuanya, paling empat sampai lima buah. Dan tahun 60-an itu sudah pada banyak. Sebelumnya di perahu, tidurnya, alat masaknya, alat tangkap ikannya, keluarganya, anak-anaknya,” tutur Umar.

Sejak tahun 50-an itulah masyarakat suku Bajo menetap di pantai tersebut dengan rumah -rumah panggung di atas air. Tak berasa, jumlah penduduknya kini sudah mencapai 1.448 jiwa, yang terbagi dalam 450 kepala keluarga.***

Halaman:

Editor: Atep Abdillah Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah