Literasi News - Pelaksanaan hajat demokrasi tinggal menghitung bulan, berbagai langkah dengan judul macam-macam silaturahmi dilakukan oleh elit politik.
Setiap aktor politik tentu merepresentasikan sejarahnya karena semua terlahir dari masa lalunya untuk menatap masa depannya.
Jika diklasifikasikan dalam fakta sejarah tatanan republik Indonesia tidak lepas dari tiga kelompok besar, yakni kaum agamis, nasionalis, dan sosialis bila diurai di sini tentu sangat panjang. Hingga saat ini tiga kelompok ini terus mewarnai nuansa politik tanah air.
Baca Juga: Ibu-ibu Majelis Taklim di Kota Bandung Siap Bergerak Menangkan Gus Imin Presiden
Menjelang pesta demokrasi 2024 ada yang menarik dari pengamatan publik, dimana muncul sosok santri, yang mampu bergaul luas di kancah politik nasional, kepemimpinannya teruji dan mampu menyolidkan partai yang dipimpinnya sampai ke lapis paling bawah, sosok yang merepresentasikan kelompok nasionalis dan agamis.
Bentuk perjuangannya terasa hingga ke akar rumput masyarakat, seperti UU Desa, Dana Desa 2 milyar per-tahun, UU Pesantren, Hari Santri Nasional, yang kini keberadaan santri diakui oleh negara, tidak lain karena berkat kegigihan politik Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus Muhaimin.
Sosok pelanjut perjuangan NU dan Gus Dur melalui jalur partai PKB yang ber-aqidahkan Ahlusunah Waljammah yang faktanya memang seperti itu dan sudah sepantasnya untuk tidak di perdebatkan.
Gus Muhaimin sudah teruji menghantarkan santri kaum nahdiyin lebih dipertimbangkan dalam kancah politik nasional.
Dia berhasil mencetak kaum nahdiyin yang notabene berasal dari pedesaan menjadi tokoh politik, baik menteri, staf menteri, pendamping di kementerian, Bupati, Wakil Bupati anggota DPR RI, hingga para anggota DPRD Kabupaten dan Provinsi.