Lukman Hakim Saifuddin: Lebih Dulu Mana, Agama apa Budaya? Ini Penjelasannya

- 18 Mei 2023, 13:42 WIB
Lukman Hakim Saifuddin: Lebih Dulu Mana, Agama apa Budaya? Ini Penjelasannya.
Lukman Hakim Saifuddin: Lebih Dulu Mana, Agama apa Budaya? Ini Penjelasannya. /

Literasi News - Menteri Agama RI periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan bahwa ajaran agama turun di muka bumi bukan di ruang hampa. Agama turun di tengah komunitas masyarakat.

Sementara masyarakat yang menerima agama ini sudah memiliki budaya dan tradisi masing-masing. Sehingga jawabannya menurut Lukman, budaya lebih dulu ada dibanding dengan agama.

Sebelum masuk kepembahasan mari kita fahami dulu apa Budaya dan Agama. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Info BMKG: Prakiraan Cuaca Hari ini, Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, Kamis 18 Mei 2023

Sedangkan Agama adalah kepercayaan yang memiliki beragam jenis, dan dianut di seluruh dunia termasuk Agama-agama besar seperti Kristen, Islam, Hindu, Buddha, dan Yahudi, serta agama-agama minoritas seperti Shinto, Sikh, Taoisme, dan banyak lagi.

Masing-masing agama memiliki kepercayaan, tradisi, dan praktik yang unik, namun semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk membantu manusia dalam menghadapi kehidupan ini dengan bijaksana, damai, dan penuh kebaikan.

"Budaya lebih dulu ada, baru agama hadir," jelasnya di hadapan tokoh agama yang mengikuti TOT Penggerak Moderasi Beragama di Pusdiklat Kementerian Agama RI di Ciputat.

Baca Juga: Jadwal Acara Moji TV Hari Ini Kamis 18 Mei 2023: Ada Liga Champions, Moji Movie Ghostquake, hingga Moji Drama

Akibat pertemuan agama dengan budaya ini, maka terjadilah akulturasi dan inkulturasi. Budaya menjadi wadah ajaran-ajaran agama untuk diaktualisasikan. "Tanpa budaya agama melayang-layang saja ajarannya. Tidak bisa membumi," tegasnya.

Agama turun ke dunia ini terang Lukman, membawa pesan-pesan utama atau pokok yang bersifat universal seperti kemanusiaan, keadilan, dan kemaslahatan. Tidak ada ajaran agama yang membolehkan kekerasan atas nama agama.

Selain itu, ada juga ajaran agama yang bersifat partikular atau cabang yang di sini memiliki potensi perbedaan penafsiran. Tidak semua umat beragama sepakat dengan ajaran agama yang bersifat partikular termasuk sesama pemeluk agamanya. Hal ini bisa dilihat di masyarakat seperti perbedaan shalat pakai qunut atau tidak pakai qunut.

Halaman:

Editor: Yuanitasari Ciptadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah