Profil Sapardi Djoko Damono, Sosok Penyair yang Muncul di Google Doodle Hari Ini

- 20 Maret 2023, 16:25 WIB
Profil Sapardi Djoko Damono, Sosok Penyair yang Muncul di Google Doodle Hari Ini.
Profil Sapardi Djoko Damono, Sosok Penyair yang Muncul di Google Doodle Hari Ini. /Google

Literasi News - Kali ini Sapardi Djoko Damono menjadi tokoh yang muncul di Google Doodle Senin, 20 Maret 2023.

Dalam rangka mengenang sang penyair besar, Sapardi Djoki Damono, Google Doodle hari ini memang didedikasikan untuk memperingati hari lahirnya yang ke 83 tahun.

Halaman utama mesin pencarian tersebut, terlihat sebuah ilustrasi sosok Sapardi Djoko Damono yang tengah berdiri di tengah rintik hujan sambil membawa buku dan payung.

Baca Juga: Profil Syabda Perkasa Belawa, Atlet Bulu Tangkis yang Meninggal Kecelakaan di Tol Pemalang

Diketahui, Ilustrasi tersebut menggambarkan salah satu puisi terkenal yang dibuat oleh sang penyair yang bertajuk Hujan Bulan Juni.

Sapardi Djoko Damono tutup usia pada 19 Juli 2020 lalu.

Tiga tahun sejak kepergiannya membuat sosoknya dan karya luar biasa Sapardi Djoko Damono akan terus dikenang para penggemarnya.

Menjadi seorang penyair atau pujangga Indonesia yang begitu terkenal, Sapardi Djoko Damono adalah penyair yang merevolusi puisi liris di Indonesia.

Bahkan, saat dirinya berusia 80 tahun Sapardi Djoko Damono sudah membuat berbagai karya-karya besar dan saat kini masih dikenal oleh banyak masyarakat.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut profil Sapardi Djoko Damono.

Baca Juga: Sinopsis Drakor 'The Price of Confession', Dibintangi Song Hye Kyo dan Han so Hee

Sapardi Djoko Damono, akrab dipanggil Damono, lahir pada hari ini 20 Marer di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1940.

Sedari kecil ia sering menghabiskan waktunya di perpustakaan. Dia sering membaca setiap buku yang ia dapatkan dan mulai menulis puisi saat di bangku SMA.

Sapardi Djoko Damono adalah seorang sastrawan Indonesia. Namanya terkenal sejak ia aktif merangkai berbagai puisi.

Sapardi Djoko Damono meninggal dunia di usia yang ke-80 tahun pada 19 Juli 2020.

Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai sosok yang sederhana namun sangat populer dengan karya-karyanya.

Mengutip dari situs web Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sapardi Djoko Damono adalah anak dari pasangan Sadyoko dan Sapariah.

Sejak remaja, karya-karya Sapardi ini sudah sering dimuat di majalah, Ia juga sempat mendapatkan gelar bahasa Inggris dari Universitas Gajah Mada.

Sapardi melanjutkan pascasarjana dengan mempelajari sastra Indonesia di sekolah.

Siapa sangka, Sapardi Djoko Damono ternyata dulunya berprofesi sebagai penyiar radio dan asisten teater.

Baca Juga: TAMAT! Koori Zokusei Danshi to Cool na Douryou Joshi Episode 12 Sub Indo: Link Nonton, Jadwal Tayang, Sinopsis

Pada tahun 1969, Sapardi mulai merilis kumpulan puisi pertamanya yang berjudul 'dukaMu abadi'. Juga terkenal memiliki puisi yang berfokus tentang refleksi dan gagasan masyarakat.

Memiliki gaya kepenulisan yang lugas dan introspektif menjadi ciri khas yang membedakan dengan penyair lainnya.

Berkat keahliannya dalam menyairkan puisi, Sapardi Djoko Damano diangkat sebagai guru besar sastra di Universitas Indonesia (UI).

Sapardi memiliki keinginan untuk mempromosikan bentuk seni di seluruh negeri, kemudian, ia mendirikan Perhimpunan Cendekiawan Sastra Indonesia dan menjabat sebagai ketua untuk tiga periode berturut-turut.

Diketahui, Sapardi Djoko Damono pernah ikut berpartisipasi dalam Konser Gitaris Indonesia Peduli Negeri Musik dan Syair Solidaritas, di Bentara Budaya Jakarta, Kamis 11 Oktober 2018.

Prestasi lainnya, menerima Penghargaan Penulisan Puisi Asia Tenggara yang disponsori ASEAN pada tahun 1986.

Sapardi juga pernah menerjemahkan karya sastra dari seluruh dunia ke dalam bahasa Indonesia, salah satu terjemahannya yang paling terkenal adalah The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway.

Pada tahun 1994, Sapardi menerbitkan karya betajuk Hujan Bulan Juni, kumpulan dari beberapa puisi terbesarnya. Dan menjadi kaeya yang paling dikenang hingga saat ini.

Karya milik Sapardi bertajuk Hujan Bulan Juni ini menginspirasi beberapa musisi untuk membuat komposisi dengan tema serupa.

Universitas Indonesia memilih Sapardi Djoko Damono ini sebagai dekan fakultas dan ia mengadakan resital puisi pada tahun 2010 untuk merayakan karya hidupnya.

Sapardi Damono juga pernah mendapatkan penghargaan bergengsi termasuk Penghargaan Achmad Bakrie untuk Sastra pada tahun 2003.

Selain itu ia juga pernah mendapatkan Penghargaan Akademi Jakarta pada tahun 2012.

Semasa hidupnya, Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai seorang penyair, dosen, pengamat sastra, kritikus sastra, dan pakar sastra.***

Editor: Abdul Rokib


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x