Siapa sangka, Sapardi Djoko Damono ternyata dulunya berprofesi sebagai penyiar radio dan asisten teater.
Pada tahun 1969, Sapardi mulai merilis kumpulan puisi pertamanya yang berjudul 'dukaMu abadi'. Juga terkenal memiliki puisi yang berfokus tentang refleksi dan gagasan masyarakat.
Memiliki gaya kepenulisan yang lugas dan introspektif menjadi ciri khas yang membedakan dengan penyair lainnya.
Berkat keahliannya dalam menyairkan puisi, Sapardi Djoko Damano diangkat sebagai guru besar sastra di Universitas Indonesia (UI).
Sapardi memiliki keinginan untuk mempromosikan bentuk seni di seluruh negeri, kemudian, ia mendirikan Perhimpunan Cendekiawan Sastra Indonesia dan menjabat sebagai ketua untuk tiga periode berturut-turut.
Diketahui, Sapardi Djoko Damono pernah ikut berpartisipasi dalam Konser Gitaris Indonesia Peduli Negeri Musik dan Syair Solidaritas, di Bentara Budaya Jakarta, Kamis 11 Oktober 2018.
Prestasi lainnya, menerima Penghargaan Penulisan Puisi Asia Tenggara yang disponsori ASEAN pada tahun 1986.
Sapardi juga pernah menerjemahkan karya sastra dari seluruh dunia ke dalam bahasa Indonesia, salah satu terjemahannya yang paling terkenal adalah The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway.
Pada tahun 1994, Sapardi menerbitkan karya betajuk Hujan Bulan Juni, kumpulan dari beberapa puisi terbesarnya. Dan menjadi kaeya yang paling dikenang hingga saat ini.