John pun mengatakan, ia bersama para anggotanya benar-benar merasa sangat terbantu dari sisi ekonomi, bersyukur dan berterimakasih kepada Presiden RI Joko Widodo, Menteri KLHK Siti Nurbaya, serta para pelaksana teknis PEN PKPM di lapangan, BPDAS Bone Bolango.
“Alhamdulillah kami mendaptakan pekerjaan, selain itu masa depan laut kami. Kami berterimakasih kepada Bapak Presiden RI dan Ibu Menteri LHK dan BAPEDAS,” ujar John.
Realisasi Program PEN PKPM oleh BPDASHL Bone Bolango
Di tempat yang sama, Muhammad Bakri Nongko, Kasi Program BPDASHL Bone Bolango memaparkan, di wilayah kerja BPDASHL Bone Bolango ada 61 kelompok kerja yang difasilitasi dalam program PEN PKPM. Kelompok kerja itu terbentuk berkat kerjasama dengan pemda setempat sampai pemerintahan tingkat desa dan dusun.
Dari 61 kelompok tersebut, jumlah warga yang diberdayakan untuk penanaman bibit mangrove sebanyak 1.411 orang penerima manfaat yang tersebar di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Boalemo, Gorontalo Utara, dan Kabupaten Pohuwato.
“Di wilayah PPK saya sendiri (Kab. Pohuwato) ada 21 kelompok. Nah, itu alhamdulillah latar belakang mereka beragam, ada nelayan, ada dari pengangguran, bahkan ada dari pemabok, preman yang bisa merasakan manfaatnya. Artinya ada hidayah untuk bisa berbuat lebih baik di samping mendapatkan untuk pemulihan ekonomi lokal,” ujar Bakri.
Ia berharap rehabilitasi lahan mangrove melalui program PEN PKPM di pesisir Gorontalo secara keseluruhan bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya ekosistem laut.
Sementara itu PEN PKPM di Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Kasi Evaluasi BPDASHL Bone Bolango, Waode Faridawati mengatakan, di wilayah PPK-nya, yaitu di desa Torosiaje, ada tiga kelompok masyarakat yang dilibatkan dalam rehabilitasi lahan mangrove dengan lahan yang direhabilitasi seluas 39Hektar.
“Pola tanamnya ada dua yaitu rumpun berjarak dan pola murni. Sementara jumlah HOK (harian orang kerja)-nya ada 3.752 dengan (upah) HOK Rp 120ribu perhari,” ujar Waode.