Literasi dan Tumbuhnya Benih Kebangsaan

- 13 Oktober 2020, 07:38 WIB
ILUSTRASI literasi.*
ILUSTRASI literasi.* /ANTARA/

 

Literasi News  - Setiap kebangkitan bangsa di manapun di muka bumi ini selalu berawal dari gerakan intelektualitas. Itu berarti kebangkitan suatu bangsa bermula dari kebudayaan.

Cikal bakal kesadaran intelektual  dimulai dari sebuah keterpesonaan kepada "tanda". Tanda yang berwujud sebagai bahasa inilah yang menjadi pemantik bagi tumbuhnya benih api kebangsaan.

Tanda berupa bahasa ini disabdakan oleh Martin Heidegger sebagai "Language is the house of being". Bahasa sebagai sebuah 'rumah tanda' house of being,  tentu saja tak hanya sekedar dimaknai sebagai alat verbal komunikasi baik lisan maupun tulis, melainkan harus dimaknai sebuah wacana keberaksaraan atau pertarungan literasi yang diperdebatkan dalam opini publik.

Melalui bahasa, melalui keberaksaraan atau bermula dari lirearasilah sebuah wacana atau ide diekspresikan, ditawarkan, diperdebatkan dan diusung dalam ruang publik kegiatan intelektualitas. 

Sehingga benar kata Yudhi Latif (2008) bahwa upaya perjuangan dan kebangkitan bermula dari bebenah kata: melalui lorong bahasa dan susastra. Dengan kata lain, melalui literasilah benih kebangsaan ditebarkan dan dirumuskan..

Partha Chatterjee seorang pemikir nasionalis India dan Reynaldo Ileto dari Filipina menegaskan bahwa kebangkitan sebuah nasionalisme tidak (hanya) bergantung pada mesiu, diplomasi, dan gerakan revolusi, namun juga pada emosi Dionysian (passion)  dan keterpikatan pada pancaran puisi dan daya kata. 

Sejarah kebangkitan kebangsaan merupakan sebuah gelombang sejarah yang melalui fase permulaan (persiapan), fase pembentukan, dan fase pematangan. Di sepanjang fase-fase itu peran bahasadan literasilah yang  menjadi panglimanya.

Jurgen Harbemas menegaskan bahwa pembentukan tradisi intelektulitas modern di Eropa Barat merupakan penanda dari kemunculan ruang publik yang berawal berpusar di sekitar wacana kritis mengenai karya sastra yang berorientasi pada penikmatnya yang berlangsung di lembaga-lembaga sosial yang baru bermunculan seperti jurnal, kedai kopi, majalah, dan komunitas-komunitas tertentu. Ruang publik ini merupakan sebuah wahana bagi komunitas para kaum intelektual. 

Halaman:

Editor: Zaenal Mutaqin


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x