Mengenal Apa Itu Siklon Herman, Bisa Sebabkan Hujan Badai di Beberapa Wilayah

- 31 Maret 2023, 13:00 WIB
Mengenal Apa Itu Siklon Herman, Bisa Sebabkan Hujan Badai di Beberapa Wilayah.
Mengenal Apa Itu Siklon Herman, Bisa Sebabkan Hujan Badai di Beberapa Wilayah. /Weather Zone.

 


Literasi News- Apa itu Siklon Herman? Siklon Herman termasuk ke dalam kategori siklon tropis yang terbentuk di Samudra Hindia. Berdasarkan Satellite-based Disaster Early Warning System (SADEWA) yang dikembangkan Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Siklon Herman berawal dari bibit siklon yang tumbuh dari vorteks atau pusaran angin berskala luas.

 

Siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar, dengan radius rata-rata siklon tropis mencapai 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26.5 derajat Celsius.

Angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 km/jam. Secara teknis, siklon tropis didefinisikan sebagai sistem tekanan rendah non-frontal yang berskala sinoptik yang tumbuh di atas perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif dan kecepatan angin maksimum setidaknya mencapai 34 knot (62,9 km/jam) pada lebih dari setengah wilayah yang melingkari pusatnya, serta bertahan setidaknya enam jam.

Baca Juga: Pasca Heboh Kasus Penutupan Patung Bunda maria, Kapolres Kulon Progo Dicopot

Dikutip dari akun twitter milik Ahli Klimatologi di Pusat Penelitian Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Erma Yulihastin @EYulihastulin mengungkapkan seberapa bahayanya Siklon Herman. Menurutnya, bagi para ilmuwan, dampak dari siklon semacam itu bisa terbilang mengerikan

Berapa Bahaya Siklon Herman?

 

"Ya Allah, ampunilah dosa dan kecongkakan kami. Jauhkan siklon Herman dari Indonesia. Update siklon: bergerak ke timur. Tampaknya lebih cepat ke timur dari prediksi semula," ucapnya, Kamis, 30 Maret 2023.

"Saya tidak tahu seberapa penting siklon Herman ini dalam pandangan pemangku kepentingan, tetapi bagi ilmuwan, siklon semacam ini bisa sangat mengerikan dampak dari lapis-lapis pusarannya. Karena itu, saya hanya bisa berusaha mendampingi publik untuk upaya mitigasi terbaik," katanya menambahkan.

Erma Yulihastin juga menanggapi pernyataan BMKG yang menyebutkan bahwa siklon Herman mulai bergerak menjauhi Indonesia. Dia mengatakan, efek jarak jauh tetap bisa terjadi meski siklon menjauhi Bumi Pertiwi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat pesisir waspada potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah perairan seiring dengan kemunculan siklon tropis Herman.

"Siklon tropis Herman 999 hPa memengaruhi secara tidak langsung terhadap peningkatan tinggi gelombang di Samudera Hindia pada kategori rough sea atau tinggi," ujar Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo di Jakarta, Jumat. Dikutip Literasinews dari Antara

Ia mengemukakan pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari timur laut-tenggara dengan kecepatan angin berkisar 3-20 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari barat daya-barat laut dengan kecepatan angin berkisar 3-30 knot.

"Kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan barat Kepulauan Mentawai-Lampung, Samudera Hindia barat Kepulauan Mentawai-Lampung, Selat Sunda, perairan selatan Banten, perairan selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah, Laut Jawa, perairan selatan Kalimantan," katanya.

Kondisi itu, kmenyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,5 meter di perairan utara Sabang, perairan barat Aceh-Kepulauan Simeulue-Pulau Nias, Samudera Hindia barat Aceh-Nias, Samudera Hindia Bali-NTT, perairan selatan Bali-Lombok-Sumbawa, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan.

Selain itu, perairan selatan Pulau Sumba, perairan Kupang-NTT, Laut Sawu bagian selatan, Laut Natuna Utara, Laut Jawa bagian barat, perairan selatan Kalimantan, Selat Makassar bagian selatan dan tengah, perairan Kepulauan Talaud, Samudera Pasifik Utara Halmahera-Papua, perairan Pulau Biak.

Untuk gelombang di kisaran lebih tinggi 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan Bengkulu-Pulau Enggano, perairan barat Kepulauan Mentawai, perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten-Jawa Timur, Samudera Hindia barat Kepulauan Mentawai-barat Lampung, Samudera Hindia selatan Banten-Jawa Timur, Laut Jawa bagian tengah dan timur.***

Editor: Abdul Rokib


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x