"Saat ini sudah ada 2.600 permainan tradisional yang terdata. Ini membutuhkan kajian lebih mendalam dari sisi akademis, sehingga nantinya dengan kajian itu bisa menghasilian rekomendasi tentang kandungan nilai nilai di setiap permainan," ujarnya.
Baca Juga: Potensi Bencana Tinggi, Ribuan Relawan Disiagakan
Hal ini menjadi sangat strategis karena dapat memberi dua keuntungan sekaligus, yakni mengenalkan kembali permainan rakyat dan olah raga tradisional yang sangat kaya akan nilai filosofi budaya bangsa. Kedua dapat menjadi media yang menarik bagi penanaman nilai-nilai dan jati diri bangsa termasuk Pancasila kepada generasi muda sejak usia dini.
Dalam pertemuan itu, berbagai masukan pun muncul, di antaranya disampaikan Indra. Ia sependapat dengan perlunya lembaga kajian. Namun ia meminta permainan yang dikaji jangan regional tapi berbicara nasional, keindonesiaan, walaupun sunda bisa saja menjadi dasarnya. Apalagi ada 2.600 permainan indonesia, tentunya memerlukan kajian.
Hal sama dikatakan Dinda. Ia mengungkapkan perlunya riset nilai pendidikan karakter dari tiap permainan, sehingga jangkauan menjadi lebih luas lagi. Sementara Neneng memberikan masukan lebih ke penguatan kelembagaan, sehingga diharapkan pada pertemuan berikutnya tim bisa hadir lengkap.
Baca Juga: Pengusaha Hotel dan Objek Wisata di Cianjur Diminta Batasi Jumlah Pengunjung
Di akhir pertemuan, mereka sepakat merintis LEKASILA MAGATRA dan akan berusaha supaya bisa menjadi salah satu lembaga kajian dibawah naungan ISBI Bandung. Lembaga kajian ini diyakini akan memberi warna dan menjadi kekhasan di ISBI Bandung. Disepakati pula akan ada pembahasan lebih lanjut pada pertemuan berikutnya.***