Alami Resesi,Pengamat Ekonomi: Dua Hal Harus Dipahami Ancaman Resesi

- 23 September 2020, 12:21 WIB
Ilustrasi Resesi
Ilustrasi Resesi /Google/

Hanya ia menekankan, di dalam ilmu ekonomi yang terpenting adalah tren dari perkembangan yang ada.

Misalnya, dalam konteks resesi yang tengah menjadi pembahasan. Ia menjelaskan meski kuartal III diyakini pertumbuhan ekonomi negatif namun angkanya lebih kecil dibandingkan kuartal II lalu.

Hal ini menandakan bahwa sebetulnya kondisi di kuartal III lebih baik dibandingkan periode sebelumnya.

“Yang terpenting bukan masalah resesinya tapi lihat trennya apakah membaik atau tidak. Resesi itu yang dikhawatirkan kalau turun terus menuju depresi. Sedangkan sekarang negatifnya lebih kecil,” katanya saat dihubungi, Selasa, 22 September 2020.

Baca Juga: Kasus positif COVID-19 Indonesia Hari Ini bertambah 4.071 jadi 252.923 kasus

Dengan demikian, Ferry menggarisbawahi ada dua hal yang mesti dipahami terkait ancaman resesi saat ini.

Pertama tidak perlu pesimis berlebihan karena kita bukan satu-satunya negara menghadapi kondisi tersebut.

Kedua, meski masih negatif namun angkanya semakin kecil sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan yang diambil untuk menjaga agar ekonomi tidak semakin buruk telah berhasil.

“Bahwa penanganan agar kita tidak resesi akibat pandemi ternyata membuahkan hasil. Maka, kita harus yakin bahwa tekanan yang dihadapi saat ini bisa dilalui bersama,” katanya.

Optimisme tersebut, menurut dia, harus dibangun agar masyarakat tidak pesimis sehingga menjaga agar berperilaku sebagaimana biasa. Alasannya, ketika masyarakat khawatir dan pesimis dengan kondisi kedepan justru efeknya dapat menjadi lebih buruk. Misalnya memunculkan spekulasi dan menahan uang diperbankan. Optimisme masyarakat akan mampu mendorong agar kondisi bisa lebih baik.

Halaman:

Editor: Zaenal Mutaqin

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x