Kisah Teladan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dan Sejarah Terjadinya Hari Raya Kurban

- 10 Juni 2023, 10:48 WIB
Kisah Teladan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dan Sejarah Terjadinya Hari Raya Kurban
Kisah Teladan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dan Sejarah Terjadinya Hari Raya Kurban /Unsplash / Fahrul Azmi.

Artinya, “Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.’” (Surat As-Saffat ayat 102).


Sebagai sosok yang sangat taat pada perintah Allah, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam melakukan apa yang telah menjadi ketetapan bagi keduanya.

Dengan hati yang sedih dan raut wajah yang dipenuhi linangan air mata, semuanya harus mereka ikhlaskan demi memenuhi perintah-Nya, bahkan Nabi Ibrahim harus mengurbankan anaknya sendiri, disembelih di hadapannya dan dilakukan dirinya sendiri.

Namun, semua itu mereka lakukan sebagai manifestasi bahwa seorang hamba haruslah mengikuti semua perintah Tuhan-Nya. Kejadian itu juga merupakan contoh keteladanan luar biasa yang harus dilakukan oleh umat Islam setelahnya, bahwa tidak ada yang lebih mulia selain mengikuti perintah-Nya, dan tidak ada kenikmatan yang lebih sempurna selain menjalankan semua kewajiban-Nya.

Setelah keduanya sepakat untuk melakukan penyembelihan itu, Nabi Ibrahim membawa putranya, Nabi Ismail ke Mina dan membaringkannya di atas pelipisnya.
Saat-saat penuh kesedihan itu, Nabi Ismail lantas mengatakan pada ayahnya dengan penuh keikhlasan, yaitu:

يا أبت اشدد رباطى حتى لا اضطرب، واكفف عنى ثيابك حتى لا يتناثر عليها شئ من دمى فتراه أمى فتحزن، وأسرع مرّ السكين على حلقى ليكون أهون للموت على، فإذا أتيت أمى فاقرأ عليها السلام منى

Artinya, “Wahai ayahku! Kencangkanlah ikatanku agar aku tidak lagi bergerak, singsingkanlah bajumu agar darahku tidak mengotori, dan (jika nanti) ibu melihat bercak darah itu niscaya ia akan bersedih, percepatlah gerakan pisau itu dari leherku, agar terasa lebih ringan bagiku karena sungguh kematian itu sangat dahsyat. Apabila engkau telah kembali maka sampaikanlah salam (kasih)ku kepadanya.” (Syekh Muhammad Sayyid Ath-Thanthawi, Tafsir Al-Wasith, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M], halaman 3582).

Setelah mendengar ucapan anaknya yang sangat baik dan taat, dengan dipenuhi perasaan sedih dan linangan air mata, Nabi Ibrahim sebagai ayah darinya menjawab:

نعم العون أنت يا بُني على أمر الله


Artinya, “Sungguh, sebaik-baiknya pertolongan adalah engkau wahai anakku dalam menjalankan perintah Allah,” (Imam Fakhruddin Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Kutub: 2000 M], juz XXVI, halaman 138).

Halaman:

Editor: Abdul Rokib


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x