Literasi News - Syari'at ibadah kurban berawal ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya yaitu Nabi Isma'il yang kemudian Allah SWT menggantinya dengan seekor sembelihan yang besar (As-Shaffat [37]: 101-107).
Perintah kurban pada hakikatnya untuk menguji keteguhan iman serta kecintaan Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT dengan memerintahkan untuk menyembelih anak yang sangat disayanginya, akankah kecintaannya kepada Allah SWT kalah dengan kecintaan kepada anaknya sendiri.
Nabi Ibrahim AS menunjukkan kecintaan serta kesetiaannya kepada perintah Allah SWT dengan tulus menyembelih orang yang beliau cintai yaitu Nabi Isma'il anaknya sendiri.
Sebagai balasan dari kesetiaan serta ketulusan Nabi Ibrahim AS dalam melaksanakan perintah-Nya, maka Allah SWT mengganti Nabi Isma'il dengan seekor hewan sembelihan yang besar.
Dari kisah awal syari'at kurban ini diperintahkan, dapat kita ambil intisarinya bahwa hakikat ibadah kurban merupakan wujud kecintaan serta ketulusan kita kepada Allah SWT dengan mengeluarkan sebagian dari kekayaan yang kita miliki untuk melaksanakan perintah-Nya, akankah kita lebih mencintai kekayaan kita atau lebih mencintai Allah SWT.
Adapun darah atau daging hewan kurban yang kita sembelih tidaklah sampai kepada Allah SWT, karena Allah SWT tidak memerlukan itu semua. Melainkan yang akan sampai kepada-Nya adalah kualitas ketaqwaan kita dalam wujud melaksanakan perintah-Nya.
Baca Juga: Bocoran Sinopsis Ikatan Cinta 22 Juni 2021: Elsa Menjalani Hukuman di Panti Asuhan
Tujuan akhir dari melaksanakan perintah tersebut agar kita selalu mengagungkan Allah dan mensyukuri hidayah-Nya yang diberikan kepada kita.
Allah SWT berfirman: