Network
Literasi News - Waktu terbaik dalam masa hidup manusia, yakni ketika ingat kepada Allah SWT dan memutuskan hubungan dengan segala suatu selain-Nya.
خَيْرُ اَوقاَتِكَ وَقْتٌ تَشْهَدُ فيهِ وُجُودُ فاَقَتِكَ وَتُرَدُّ فيِهِ اِلٰى وُجُودِ ذِلَّتِكَ
”Sebaik-baik waktu dalam hidupmu, ialah saat-saat dimana engkau merasa dan mengakui kefakiran / kebutuhanmu, dan kembali pada adanya kerendahan dirimu”.
Dengan demikian, ketika kita mengingat Allah SWT dan memutus hubungan dengan segala suatu selain-Nya. Pada saat itu kita merasakan benar-benar hanya membutuhkan Allah SWT. Segala sesuatu atau yang lainnya tidak dapat menolong atau meringankan kebutuhanmu, sehingga tidak ada pengharapan selain pada Allah SWT. Maka saat itu, murnilah pengertian tauhidmu kepada Allah SWT.
Baca Juga: PSIS Pimpin Grup A, Dibayangi Barito. Klasemen dan Hasil Pertandingan Putaran Kedua Piala Menpora
Diceritakan: Syeih ‘Ato’ al-Sulamy itu selama tujuh hari tidak merasakan makanan sama sekali dan dia tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi dalam kondisi seperti itu hatinya bertambah senang, dan berkata (berdo’a): Ya Tuhanku, jika Engkau tidak memberi makanan kepadaku tiga hari lagi tentu aku akan sholat seribu rokaat.
Hal sama juga dilakukan Syeikh Fathul-Mushily pada satu malam pulang kerumahnya, dan dirumahnya tidak ada makanan, tidak ada penerangan, tidak ada kayu bakar. Lalu dia memuji kepada Allah SWT dengan munajatnya: Ya Tuhanku, sebab apa aku, Engkau telah menempatkan pada tempatnya para kekasih-Mu.***
(Dr. H. Pepep Puad Muslim)
