"Bulan Maret itu produksi benar-benar stop, dan saya terpaksa harus merumahkan 15 karyawan saya. Sama sekali tidak ada permintaan pada saat itu," ungkap lelaki lulusan Sastra Jepang Unpad era reformasi ini.
Namun Kang Jim, demikian ia lebih akrab disapa, sepanjang hidup tidak pernah menanamkan keputusasaan dalam dirinya. Mata dan telinganya tetap jeli mencari produk apa yang kemudian dibutuhkan pasar meski dalam kondisi pandemi.
Baca Juga: Mini Lock Down di 9 Kelurahan Tengah Dibahas
Darurat kesehatan telah mendorong semua orang mencari alat pelindung diri. Masker-lah di antaranya yang mendadak menjadi kebutuhan paling vital bagi semua orang.
Katanya, dari sanalah ia mencoba 'strugle', bertahan hidup meski sudah tidak mengantongi lagi modal usaha yang layak. Membludaknya kebutuhan orang akan masker, pandangan matanya pun tertuju pada tumpukan kain perca.
"Sisa potongan-potongan bahan yang brukuran sejengkal dua jengkal saya manfaatkan untuk dijadikan masker. Saya banyak memproduksi masker katun combat saat itu. Dari sanalah saya bisa bertahan hidup," ungkap ayah tiga anak ini.
Baca Juga: Yuk Simak jadwal TV Trans TV, INDOSIAR, RCTI, SCTV, Trans 7 Hari Ini Sabtu 3 Oktober 2020
Seiring perkembangan pandemi, sejalan dengan seruan pemerintah untuk bisa beradaptasi dalam kondisi baru, roda ekonomi mulai berjalan.
Tertutama sejak dua bulan terakhir, Agustus-September, permintaan pasar akan produk fashionnya mulai bermunculan meski tidak seramai sebelum wabah covid melanda.
"Minimal kita bisa bertahan hidup dan 12 karyawan saya bisa bekerja lagi, saya kira itu sudah hebat. Dari dulu saya memang selalu berprinsip pada filosofi 'Jim Hustler' yang bermakna kerja keras pantang menyerah. Itulah kenapa Jim Hustler dijadikan brand untuk produk saya," pungkas Muji.***