BMKG Imbau Masyarakat Mewaspadai Potensi Cuaca Ekstrem Jelang Peralihan Musim

- 12 Maret 2021, 09:38 WIB
Ilustrasi, petugas BMKG mengamati perkembangan cuaca. BMKG imbau masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem menjelang peralihan musim
Ilustrasi, petugas BMKG mengamati perkembangan cuaca. BMKG imbau masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem menjelang peralihan musim /Dok BMKG/BMKG

Literasi News - Masyarakat diimbau agar mewaspadai potensi cuaca ekstrem pada periode menjelang peralihan musim dari penghujan menuju kemarau. Imbauan itu disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Ciri umum kondisi cuaca saat periode peralihan musim yakni adanya perubahan kondisi cuaca yang relatif lebih cepat. Pagi-siang hari biasanya cuaca terik, tetapi saat masuk siang-sore hujan intensitas tinggi dengan durasi singkat," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto.

Menurutnya selama periode peralihan musim, ada beberapa fenomena cuaca ekstrem yang harus diwaspadai. Fenomena tersebut hujan lebat dalam durasi singkat dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Kemudian angin puting beliung, waterspout, dan hujan es.

Baca Juga: Hanya Dengan Membuat Video Durasi Satu Menit di Facebook Kini Bisa Mendapatkan Uang

Guswanto dalam keterangan tertulisnya, Kamis menyebutkan dari hasil analisis dinamika atmosfer-laut menunjukkan fenomena La Nina masih dapat berlangsung hingga Mei 2021, intensitasnya lemah hingga normal. "Kondisi tersebut berkontribusi pada peningkatan massa udara basah dan lembab di sekitar wilayah Indonesia," katanya.

Menurutnya, Monsun Asia juga mulai memasuki periode pelemahan pada akhir Maret 2021, mengindikasikan periode puncak musim hujan di sebagian wilayah Indonesia mulai berakhir.

"Sehingga dapat dikatakan sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki periode peralihan dari musim hujan ke musim kemarau mulai akhir Maret 2021," kata dia.

Baca Juga: Saksikan Dari Jendela SMP dan Samudra Cinta, Berikut Jadwal SCTV Hari Ini Jum'at, 12 Maret 2021

Dalam sepekan ke depan, lanjutnya, dinamika atmosfer teridentifikasi masih berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan. Hal itu disebabkan adanya sirkulasi siklonik di Samudera Pasifik Timur Filipina dan di Samudera Hindia sebelah selatan Bali-Nusa Tenggara, sehingga mengakibatkan terbentuknya pola konvergensi dan belokan angin.

"Hal tersebut diperkuat dengan adanya fenomena Gelombang Rossby Ekuatorial, diprediksi masih cukup aktif di sekitar wilayah Indonesia bagian barat. Selain itu kondisi labilitas udara lokal yang signifikan juga dapat meningkatkan potensi konvektifitas dan pembentukan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia," katanya.

Halaman:

Editor: Hasbi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x