Saat ibu kota pindah ke Yogyakarta, Sulianti juga turut hijrah menjadi dokter republiken dan bekerja di RS Bethesda Yogyakarta. Perjalanan akademiknya tak henti meski sudah memiliki karier yang cukup memuaskan.
Sulianti pun mendapat beasiswa dari WHO untuk belajar tentang tata kelola kesehatan ibu dan anak di bebebrapa negara di Eropa, terutama Inggris. Disana, ia mengantongi Certificate of Public Health Administrasion dari Universitas London.
Jasa-jasa Sulianti Bagi Indonesia
Hasil belajar tata kelola kesehatan ibu dan anak, Sulianti mengampanyekan pengunaan kontrasepsi di Indonesia. Meski saat itu pemerintah masih tutup mata, Sulianti terus berjuang dengan mengandalkan jalur swasta.
Bersama sejumlah aktivis perempuan, dia mendirikan Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK) yang menginisiasi klinik-klinik KB di berbagai kota. Untuk membangun model sistem pelayanan ibu dan anak, dia juga mendirikan pos layanan di Lemah Abang, Bekasi.
Selain itu, Prof. Dr. Sulianti Saroso dikenal sebagai salah satu pejuang di masa kolonial, dia rajin mengirim obat-obatan ke kantung-kantung gerilyawan republik, dan terlibat dalam organisasi taktis.
Baca Juga: Google Doodle Kenang Sapardi Djoko Damono, Inilah Karya Puisi SDD Paling Terkenal
Selain itu, Prof. Dr Sulianti Saroso juga ikut dalam organisasi resmi KOWANI, ia merupakan anggota Wanita Pembantu Perjuangan dan Organisasi Putera Puteri Indonesia.
Perjuangannya terus berlanjut, pada 1947, Sulianti ikut delegasi KOWANI ke New Delhi untuk menghadiri Konferensi Perempuan se-Asia.
Di sisi lain, kecintaannya pada riset penyakit menular membuat Sulianti mengawal ide untuk mengembangkan RS Karantina Tanjung Priok menjadi RS Pusat Infeksi dengan teknologi terbaru, piranti mutakhir, serta sumber daya manusia yang mumpuni.