Jelang Seleksi Guru PPPK Tahap 2, Kemendikbudristek Imbau Para Guru Siapkan Diri

- 16 Oktober 2021, 16:13 WIB
Jelang Seleksi Guru PPPK Tahap 2, Kemendikbudristek Imbau Para Guru Siapkan Diri.
Jelang Seleksi Guru PPPK Tahap 2, Kemendikbudristek Imbau Para Guru Siapkan Diri. /Kemdikbud.go.id

Ade menilai, pengalaman paling berkesan sebagai guru adalah interaksi-interaksinya dengan siswa. “Kita dituntut untuk terus mengembangkan diri kita, untuk terus berproses bagaimana kita menjadi pendengar yang baik, menjadi teman berbagi yang baik untuk anak-anak, dan menuntun mereka menuju harapan-harapan mereka,” urai Ade.
“Ketika melatih pencak silat, saya belajar menjadi pendengar yang baik bagi siswa, dan kemudian saya belajar menuntun mereka. Hingga kini saya ‘tersesat’ di jalan yang benar menjadi seorang guru,” ungkapnya yang bersyukur dapat lulus ujian Seleksi PPPK.

Baca Juga: Program Guru Penggerak Angkatan 4 Dimulai, 8.053 Guru Mulai Jalani Pendidikan

“Terima kasih pada pemerintah yang sudah membuat regulasi fantastis, yaitu Seleksi PPPK. Ini sangat berkaitan dengan kesejahteraan para guru,” tutur Ade yang mengaku mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk seleksi, karena dirinya tidak mungkin mengikuti Seleksi CPNS berhubung telah melewati syarat usia. “Saya banyak belajar bersama rekan-rekan, dan ikut Program Guru Belajar Kemendikbudristek. Kita harus bisa membaca dan melihat inti soal untuk menemukan kata kunci setiap soal,” tutur Ade memberi tips seraya menyemangati rekan-rekannya. “Ayo terus semangat mengembangkan diri,” kata Ade.

Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Langsa Provinsi Aceh, Amri Saputra, mengungkapkan, ia tidak menyangka akan menjadi guru SLB. “Saya seorang disabilitas, tapi dari SD sampai SMA saya bersekolah di sekolah umum. Awalnya cita-cita saya ingin menjadi dosen. Tapi qadarullah, saya bergabung ke SLB, dan sebagai sesama penyandang disabilitas, tidak sulit untuk menyatukan chemistry antara saya sebagai guru dengan murid-murid,” terang Amri yang mengaku senang dan telah bekerja selama 14 tahun sebagai guru SLB.

Salah satu pengalaman berkesan, diuraikan Amri, adalah mendidik siswa dengan celebral palsy, suatu kondisi kelumpuhan atau kerusakan fungsi otak yang mengganggu pergerakan dan koordinasi gerak. Penyandang celebral palsy, secara teori, memiliki kecerdasan di bawah rata-rata.

“Anak ini menyandang disabilitas motorik. Tapi, setelah saya didik kurang lebih 4-5 tahun, anak ini memiliki kecerdasan normal, dia bisa membaca walaupun tidak bisa menulis karena tangannya lumpuh. Tapi dia bisa membaca walau dengan terbata-bata, bisa berhitung hitungan sederhana. Itu bagi saya sangat membanggakan dan menyenangkan, karena secara teori anak-anak seperti itu kecerdasannya di bawah rata-rata,” ungkap Amri.

Baca Juga: Lima Kunci Menjaga Relevansi UNESCO, Masukan Indonesia pada Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-212

Sementara itu, Amri mengaku memelihara sikap optimis dan menjaga kesehatan fisik dan mental lewat istirahat cukup dan beribadah. “Saya juga terus melatih kecepatan membaca karena ini berkaitan dengan manajemen waktu, untuk menghindari stres saat menjawab soal. Jadi kita tidak akan takut kehabisan waktu,” ungkap Amri.

Amri pun rajin mencari berbagai referensi soal-soal berbentuk High Order Thinking Skills (HOTS), yaitu soal-soal yang membutuhkan proses penalaran tinggi. “Saya percaya soal-soal akan banyak yang berbentuk HOTS, contohnya soal-soal ketika saya mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), banyak soal-soal HOTS,” terang Amri.

Siti berharap, para peserta seleksi tahap 2 dan 3 dapat lebih intensif belajar. “Lebih banyak membaca, memanfaatkan wadah yang disediakan, dan semangat meningkatkan kualitas kita sebagai guru dengan berusaha sungguh-sungguh,” tegas Siti yang diamini Amri. “Insyaallah kalau kita terus berusaha dan berdoa, Allah akan memberikan apa yang kita pinta,” pungkas Amri.***

Halaman:

Editor: Zaenal Mutaqin

Sumber: kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x