Mengkaji Kitab Karangan Syekh Nawawi Al Bantani, Gus Jazil: Jangan Lupakan Jasa Ulama

- 29 April 2021, 09:08 WIB
Wakil Ketua MPR RI DR.Jazilul  Fawaid tengah melakukan kajian Al-Quran bersama KH.Sulaiman ketua Syuro PKB Subang di Ponpes Al-Mizan Majalengka milik Kyai Maman Imanulhaq
Wakil Ketua MPR RI DR.Jazilul Fawaid tengah melakukan kajian Al-Quran bersama KH.Sulaiman ketua Syuro PKB Subang di Ponpes Al-Mizan Majalengka milik Kyai Maman Imanulhaq /Dok./

MAJALENGKA – Momentum Ramadan dimanfaatkan Wakil Ketua MPR Dr Jazilul Fawaid SQ MA untuk mengkaji Kitab Maroh Labib yang juga dikenal dengan sebutan Tafsir Munir, karya Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani, ulama Indonesia bertaraf internasional yang juga Imam Besar Masjidil Haram.

Dikatakan Gus Jazil- sapaan akrab Jazilul Fawaid- Bulan Suci Ramadan harus dimanfaatkan untuk memperdalam ilmu-ilmu Alquran dengan membaca maupun memahami isinya. ”Saya ingin menyampaikan kepada masyarakat agar di Bulan Ramadan ini hendaklah memperdalam ilmu-ilmu Alquran, membaca dan memahami Alquran. Ini lebih penting daripada misalnya ibadah salat tarawih atau ibadah sunnah lainnya karena mempelajari Alquran itu kewajiban,” ujarnya dalam kegiatan bertajuk Kajian Alquran dan Doa untuk KRI Nanggala 402 di Pondok Pesantren Al Mizan, Majalengka, Jawa Barat, Selasa malam (27/4/2021).

Dikatakan Koordinator Nasional Nusantara Mengaji ini, sebagai upaya menghormati Ramadan, dirinya ingin membuka kembali kebiasaan mengkaji kitab kuning untuk mengingatkan bahwa pada bulan diturunkannya Alquran ini, salah satu hal yang paling penting adalah membaca dan mempelajari serta memahami isi Alquran. “Mencari ilmu apalagi ilmu Alquran, tafsir Alquran, ini lebih penting daripada salat tarawih, tapi pemahaman yang ada di masyarakat itu lebih senang tarawih padahal itu sunnah sedangkan mencari ilmu itu wajib,” katanya.

Baca Juga: Muhasabah Pagi : Keistimewaan Ramadan, dan Tiga Fase Turunnya Al Quran

Melalui kesempatan itu, Ketua Ikatan Alumni Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta itu juga mengingatkan betapa penting kalimat tayyibah atau narasi yang baik di tengah maraknya narasi-narasi buruk di masyarakat. ”Dalam Alquran disebutkan bahwa hendaknya kita ini menggunakan narasi yang baik karena narasi yang baik itu seperti pohon yang baik. Dia berkembang biak, tumbuh, dan memberikan asupan. Di tengah hiruk pikuk pergunjingan, fitnah, ujaran kebencian, saya mengajak di Ramadan ini kita hendaknya mengutamakan kalimat tayyibah, kalimat yang mendidik, kalimat yang bagus,” tuturnya.

Dengan mengkaji Kitab Maroh Labib, tutur Gus Jazil, dirinya juga ingin menyampaikan pesan bahwa bangsa ini lahir berkat warisan dan perjuangan dari para alim ulama, khususnya mereka yang mengajarkan ilmu agama melalui kitab kuning. ”Jejaring kebangsaan, nasionalisme itu lahir dari ajaran kitab-kitab kuning. Salah satunya dari Syekh Nawawi al-Bantani al-Jawi. Bangsa ini bangsa yang diberkati karena lahir dari jasa para ulama. Jas hijau, jangan sekali-kali hilangkan jasa ulama,” serunya.

Baca Juga: Jadwal Imsak dan Buka Puasa Bulan Ramadan Kota Cirebon Hari Ini Kamis, 29 April 2021

Dipaparkan Gus Jazil, Kitab Maroh Labib ditulis Syekh Nawani al-Bantani al-Jawi yang merupakan keturunan ke-12 dari Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Beliau merupakan cucu dari Maulana Hasanuddin, Banten.

”Beliau hampir satu periode dengan Pangeran Diponegoro. Beliau pernah pulang ke Tanara, Banten, namun pada 1828 kembali lagi ke Arab Saudi karena keadaan di Banten tidak kondusif. Banyak tokoh yang belajar ke beliau. Semua tokoh ulama besar di Indonesia belajar ke Syekh Nawawi al-Bantani. Syekh Kholil Bangkalan, Syekh KH Hasyim Asy’ari, bahkan KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah pun belajar dari beliau. KH Asnawi Kudus juga,” tutrnya.

Halaman:

Editor: Zaenal Mutaqin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x