Pelatihan disampaikan oleh praktisi/pegiat Aren, Asep Gumelar, dimulai dari tahapan menyiapkan bahan baku air nira yang baik, dan cara mengolahnya hingga menjadi gula semut dan jahe aren.
Di sesi kedua, dilaksanakan pelatihan pembuatan produk kriya, yakni membuat kemasan dari daun pohon aren untuk wadah gula semut yang telah dibuat sebelumnya. Instruktur kegiatan tersebut Dr. Zaini Alif dari ISBI Bandung.
Dalam pelatihan diberikan cara membuat dua macam wadah kemasan untuk produk aren, yakni bentuk burung dan bentuk ikan. Dengan kemasan wadah yang menarik diharapkan akan meningkatkan nilai jual produk gula semut dan jahe aren yang telah dibuat.
Baca Juga: AirAsia: Hadirkan Tiket Gratis dan Harga Promo Penerbangan ke Berbagai Destinasi Internasional
Dengan adanya pelatihan ini diharapkan dapat terus menjaga tradisi menanam pohon aren yang akhir akhir ini mulai ditinggalkan di kampung Adat Dukuh. Selain itu, pelatihan ini juga diharapkan dapat memberi peluang ekonomi baru bagi masyarakat adat.
Sementara itu, pohon aren bagi masyarakat adat Dukuh memiliki makna penting. Hal ini telah menjadi bagian dari tradisi lisan, dan diwariskan secara turun temurun.
Sesuai tuturan terkait asal-usul sejarah masyarakat adat kampung Dukuh, yakni ketika Syekh Abdul Jalil melihat cahaya sebesar galuguran kawung (sebesar tangan pohon aren) memancar dari sebuah gunung di lembah yang diapit oleh dua aliran sungai Cimangke dan Cipasarangan.
Baca Juga: Rekomendasi Wisata Alam di Bogor, Suasana Sejuk dan Nyaman
Setelah cahaya itu dituju, ternyata lokasinya mengarah ke sebuah lereng yang berada di kaki gunung Dukuh. Di tempat itu sudah ada nini dan aki pangebon sebagai penduduk awal.