Jangan Biarkan Intoleransi Terjadi Dalam Sistem Pendidikan di Indonesia

- 18 November 2021, 19:01 WIB
Suasana dialog dalam acara Indonesia Town Hall yang bertema "Tak Kenal Maka Tak Sayang" pada peringatan Hari Toleransi Internasional, pada Selasa 16 November 2021.
Suasana dialog dalam acara Indonesia Town Hall yang bertema "Tak Kenal Maka Tak Sayang" pada peringatan Hari Toleransi Internasional, pada Selasa 16 November 2021. /Kemendikbud Ristek/

"Peniadaan prasangka, tidak boleh ada paksaan. Kita harus berbuat adil kepada sesama, ini merupakan basis ajaran fundamental dalam Islam," ucapnya.

Baca Juga: Mendikbud Ristek: Dunia Pendidikan Butuh Pemimpin Transformasional, Simak Penjelasannya

Rohaniwan Katolik, Franz Magnis Suseno menambahkan bahwa pengenalan terhadap latar belakang orang lain diperlukan supaya masing-masing individu dapat saling menghormati keyakinan satu sama lain.

Franz mengingatkan, agar seluruh lapisan masyarakat mawas diri dengan keragaman yang terjadi di sekitarnya. Ia menekankan bahwa tidak selalu yang berbeda itu mengancam, mencurigakan, atau membahayakan. Meskipun tingkat kewaspadaan juga harus senantiasa kita utamakan.

Sekretaris Jenderal Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Endang Retno Lastani menyampaikan bahwa dengan menjadi pancasilais berarti itu adalah wujud toleransi. Oleh karena itu, sebagai bagian dari masyarakat, keluarga harus mengajarkan dan menghargai perbedaan, melakukan interaksi dan berkenalan dengan orang yang berbeda-beda.

Sebagaimana yang disampaikan Guru Besar Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar yakni I Nengah Duija bahwa seluruh yang hadir di alam semesta adalah satu jiwa. Maka, toleransi sebenarnya membicarakan tentang diri sendiri. "Jika diri sendiri baik, maka kita harus baik dengan orang lain," tuturnya.

Baca Juga: Kemendikbud Ristek Gelar Kompetisi Penelitian Siswa Indonesia 2021 Tingkat SMA dan Sederajat

Tokoh agama Budha, YM. Bhikhuni Santini Maha Theri, menyampaikan harapannya agar semua agama dapat berpikir terbuka dan mampu menumbuhkan kayakinan dalam mencapai kesempurnaan di dalam samudera kehidupan masing-masing.

Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indoneia, Budi Santoso Tanuwibowo, turut menambahkan. "Di empat penjuru lautan semua manusia bersaudara, jika kita beragama maka kita harus dekat dengan kemanusiaan, dan menjalin hubungan harmonis antara Tuhan, maupun sesama, beserta alam,” ujarnya.

Menurut Mendikbud Ristek, berbagai cara dapat dilakukan untuk menanamkan toleransi. Guru dapat dijadikan panutan dalam bertoleransi yang ditujukan kepada anak didiknya untuk merangkul seluruh keberagaman yang ada.

Halaman:

Editor: Hasbi

Sumber: Kemendikbud Ristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah