Literasi News - Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda mengaku miris dimana dia menyebutkan ranking Indonesia di pemeringkatan PISA (Programme for International Students Assessment) berada di posisi buncit.
Dengan demikian gerakan Literasi harus menjadi arus utama dalam pembangunan baik oleh pemerintah maupun masyarakat
“Posisi PISA itu mengukur kemampuan anak-anak sekolah di bidang numerasi dan literasi. Kita masih di peringkat ke-75 dari 78 negara di seluruh dunia,’’ katanya
Baca Juga: Dana BOS Naik Rp100 ribu per Siswa Madrasah, Cair Dua Pekan Lagi
Menurut Huda, salah satu elemen yang dinilai dari pemeringkatan PISA itu adalah literasi. Karena itu, literasi harus dijadikan agenda utama dalam pembangunan kedepannya. Sebab, banyak anak bisa membaca. Tetapi tidak mengerti apa makna di balik tulisan yang dibaca itu.
Dalam konteks pemahaman bacaan itu, dia mengakui Indonesia memang masih tertinggal. Untuk itu harus ada jalan keluar untuk mengatasinya. Diantaranya adalah dengan gerakan literasi yang dijadikan sebagai arus utama pembangunan oleh pemerintah dan masyarakat ke depan.
“Di tingkat pemerintah, kita dorong Kemendikbud mengambil peran lebih,” katanya.
Selain itu Perpustakaan Nasional (Perpusnas) bersama jaringan perpustakaan daerah juga harus ikut andil meningkatkan literasi tersebut. Bagiya literasi harus dijadikan sebuah kebutuhan yang maha penting.
Baca Juga: Antisipasi Erupsi Merapi, BNPB Gelar Rapat Koordinasi Simulasi Tactical Floor Game di Yogyakarta
Politikus PKB itu menjelaskan, rendahnya literasi bukan berarti seluruh anak-anak di Indonesia tidak mau membaca. Tetapi juga terkait dengan akses anak-anak untuk bisa membaca buku. Menurutnya akses anak-anak terhadap perpustakaan atau buku, khususnya di daerah 3T masih rendah.