Profil Tokoh Pramuka H Mutahar: Negarawan, Diplomat, Lebih Dikenal Sebagai Komposer, Menguasai Enam Bahasa

- 14 Agustus 2022, 05:37 WIB
Profil Tokoh Pramuka H Mutahar: Negarawan, Diplomat, Lebih Dikenal Sebagai Komposer, Menguasai Enam Bahasa
Profil Tokoh Pramuka H Mutahar: Negarawan, Diplomat, Lebih Dikenal Sebagai Komposer, Menguasai Enam Bahasa /Pramuka/

Literasi News - Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad atau lebih dikenal dengan nama H Mutahar (5 Agustus 1916 - 9 Juni 2004), adalah tokoh pramuka, negarawan dalam masa-masa awal kemerdekaan Indonesia. Namanya paling dikenal sebagai seorang komponis musik Indonesia, terutama untuk kategori lagu nasional dan kepanduan.

Lagu ciptaan H Mutahar yang populer adalah hymne Syukur (diperkenalkan Januari 1945) dan mars Hari Merdeka (1946). Karya terakhirnya, Dirgahayu Indonesiaku menjadi lagu resmi ulang tahun ke-50 Kemerdekaan Indonesia.

Lagu kepanduan ciptaan H Mutahar antara lain Gembira, Tepuk Tangan Silang-silang, Mari Tepuk, Slamatlah, Jangan Putus Asa, Saat Berpisah, dan Hymne Pramuka.

Baca Juga: Pendaftaran Parpol di KPU Hari Ke-12: Partai Politik Mendaftar Sebagai Calon Peserta Pemilu 2024 Bertambah 6

H Mutahar mengecap pendidikan setahun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada periode 1946-1947, setelah tamat dari MULO B (1934) dan AMS A-I (1938).

Pada tahun 1945, H Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta, kemudian menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Yogyakarta (1947).

Selanjutnya, H Mutahar mendapat jabatan jabatan yang meloncat-loncat antar departemen. Puncak kariernya sebagai pejabat negara adalah sebagai Duta Besar RI di Tahta Suci (Vatikan) (1969-1973).

H Mutahar diketahui menguasai paling tidak enam bahasa secara aktif. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974).

Baca Juga: Gerakan Pramuka di Masa Hindia Belanda, Senapas dengan Pergerakan Nasional

Kepanduan
H Mutahar aktif dalam kegiatan kepanduan. Ia adalah salah seorang tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia, gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis. Ia juga dikenal anti komunis.

Ketika seluruh gerakan kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka, H Mutahar juga menjadi tokoh di dalamnya. Namanya juga terkait dalam mendirikan dan membina Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).

Paskibraka
Sebagai salah seorang ajudan Presiden, H Mutahar diberi tugas menyusun upacara pengibaran bendera ketika Republik Indonesia merayakan hari ulang tahun pertama kemerdekaan, 17 Agustus 1946.

Baca Juga: Gerakan Pramuka Pada Masa Perang Dunia II, Gerakan Kepanduan Dilarang dan Masa Masa Sulit Bagi Pandu Rakyat

Menurut pemikirannya, pengibaran bendera sebaiknya dilakukan para pemuda yang mewakili daerah-daerah Indonesia. Ia lalu memilih lima pemuda yang berdomisili di Yogyakarta (tiga laki-laki dan dua perempuan) sebagai wakil daerah mereka.

Pada tahun 1967, sebagai direktur jenderal urusan pemuda dan Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, H Mutahar diminta Presiden Soeharto untuk menyusun tata cara pengibaran Bendera Pusaka.

Tata cara pengibaran Bendera Pusaka disusunnya untuk dikibarkan oleh satu pasukan yang dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok 17 sebagai pengiring atau pemandu; kelompok 8 sebagai kelompok inti pembawa bendera; kelompok 45 sebagai pengawal.

Baca Juga: Daftar Nama 89 Jemaah Haji Indonesia Wafat Sampai Akhir Operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji 1443 H - 2022

Pembagian menjadi tiga kelompok tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

H Mutahar meninggal dunia di Jakarta pada usia hampir 88 tahun, pada 9 Juni 2004 akibat sakit tua. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Jeruk Purut, Jakarta Selatan.***

Editor: Hasbi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah