Kuota Internet untuk Pendidikan Sedot Rp7,2 triliun, Pakai Satelit Pendidikan Hanya Rp3 Triliun

27 Oktober 2020, 21:57 WIB
Seorang Siswi menunjukkan pesan pemberitahuan mendapatkan kuota gratis dari Kemendikbud di SMP NU Al Ma'ruf, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (29/9/2020). Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan subsidi kuota internet gratis untuk siswa sebesar 35 GB dan guru mendapat 42 GB serta untuk dosen dan mahasiswa sebesar 50 GB selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) mulai September hingga Desember 2020. Guru juga butuh program agar bisa kuliah dengan biaya murah. /YUSUF NUGROHO/ANTARA FOTO

Literasi News - Selama masa pandemi Covid-19, aktivitas pendidikan terhambat sehingga diterapkan Pembelajaran Jarak Jauh menggunakan gawai. Untuk meringankan orang tua, peserta didik, dan pendidik, pemerintah pun memberi bantuan kuota internet.

Anggaran yang dikucurkan untuk kuota internet tersebut mencapai Rp7,2 triliun. Namun, sebenarnya ada cara yang jauh lebih murah dan efektif yaitu memanfaatkan satelit.

"Biaya untuk satelit pendidikan hanya sekitar Rp3 trilun," ujar Rektor IPB University Prof Dr Arif Satria yang juga Ketua Forum Rektor Indonesia, dalam keterangan tertulisnya, pada Selasa 27 Oktober 2020.

Baca Juga: Rp1,178 triliun untuk PJJ Pendidikan Agama Segera Disalurkan Kemenag, Usulan Disetujui Kemenkeu

Namun demikian, Arif menilai bahwa performa pemerintahan di tengah pandemi sudah sangat baik. "Ini terbukti dengan peluncuran 61 produk riset-inovasi Covid-19," ujarnya, dalam Bincang Asik "Refleksi Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-Amin” yang berlangsung secara virtual dan disiarkan langsung melalui saluran resmi Juru Bicara Presiden Republik Indonesia, M Fadjroel Rachman.

Peluncuran produk riset dan inovasi konsorsium Covid-19 dapat dimaknai sebagai kebangkitan inovasi Indonesia. Diharapkan produk-produk hasil riset dan inovasi dalam negeri dapat menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia. Tidak hanya selama pandemi tapi juga untuk kebutuhan jangka panjang.

"Kita penuh dengan ketidakpastian yang luar biasa sehingga fleksibilitas adalah sebuah jawaban. Hal lain yang kita perlukan adalah bagaimana kemampuan kita memiliki pola pikir yang terus tumbuh,” imbuhnya.

Baca Juga: PJJ Berujung Pelajar Bunuh Diri, Komisi X: Harusnya Kemendikbud Tegas Berlakukan Kurikulum Adaptasi

Menurut dia, merespon perubahan seperti sekarang ini, maka pola pikir yang terus tumbuh adalah sesuatu yang sangat penting. Hal itu dikarenakan pola pikir harus tumbuh berkembang.

Arif berpendapat, jika SDM di Indonesia harus mengacu pada sosok pembelajar punya pola pikir yang terus tumbuh, berbasis karakter yang kuat, dan memiliki kebiasaan-kebiasaan berpikir yang baik. Arif juga mamaparkan pergerakan Human Development Indeks Indonesia selalu naik setiap tahunnya.

Saat ini, Indonesia berada di peringkat ke-111 dunia dari 189 negara. Pada 2017, masih diperingkat 116. Sementara, disandingkan negara ASEAN lainnya, Indonesia peringkat ke-6. Pada periode tahun 1990 hingga 2017, nilai HDI Indonesia naik 31,4 persen.

Baca Juga: Komisi X DPR RI: Kuota Internet Gratis untuk PJJ Belum Tersalurkan ke 24Juta Nomor HP

“Tapi kita juga paham bahwa kita ini mampu untuk mengubah diri kita sendiri. Jadi masalah kita adalah masalah dimana kita sadar bahwa kita harus berubah," imbuh dia.

Dia juga berpesan bahwa mengkritik boleh tetapi tidak untuk melemahkan dan menyudutkan.Justru yang perlu dibangun adalah semangat saling membesarkan dan menginspirasi. Negara yang besar adalah negara yang penuh dengan inspirasi.

"Negara besar banyak menghasilkan inovasi-inovasi. Inovasi, kolaborasi dan integritas adalah kunci dan inspirasi adalah keniscayaan," katanya.

Editor: Dipo Sasono

Sumber: ANTARA

Terkini

Terpopuler