Untuk Apa Allah Menyuruh Kita Sholat ? Ini Penjelasan Buya Syakur

26 Maret 2022, 21:10 WIB
KH Buya Syakur Yasin saat menjelaskan makna Sholat /Tangkapan layar/YouTube KH Buya Syakur Yasin MA

Literasi News - Untuk apa Allah menyuruh kita Sholat ? Itu pertanyaan yang dilontarkan KH Buya Syakur Yasin dalam pengajian secara virtual atau online.

Buya Syakur lalu menceritakan pada Tahun 1991 masuk di toko buku Gramedia di Salemba. Dia melihat ada gambar telapak kaki di sampul buku dan saat dibuka isinya adalah soal fisiologis.

Baca Juga: Tata Cara Doa Ziarah Kubur Jelang Bulan Suci Ramadhan 2022

"Ternyata dari buku itu bahwa semua jaringan saraf yang ada di tubuh kita, telinga, mata, hidung, ginjal, paru-paru itu semuanya berujung pada telapak kaki," ujar Buya Syakur dalam chenel YouTube KH Buya Syakur MA.

Kemudian dalam gerakan Sholat, ramu-ramu kaki kanan dilipat dan kaki kiri ditumpuk gares (betis bagian depan) dan posisi pinggang miring. Itu menunjukan ada gerakan senam dalam Sholat.

"Saya tidak mengatakan Sholat itu senam ya. Tetapi di dalam Sholat ada unsur-unsur senamanya," jelas Buya Syakur seraya menyampaikan itu dari sisi kesehatan.

Lain dari itu dia menyampaikan bahwa Sholat mengajarkan masyarakat membangun keharmonisan. Lebih jelasnya Sholat berjamaah di masjid sehari lima waktu itu merupakan tempat untuk membangun keharmonisan bermasyarakat.

"Makanya setiap hari RT RW itu ketemu di masjid di masjid atau di mushola di situ bertegur sapa salaman apa kabar Pak Haji?
Sambil duduk bareng berdiri bareng ya kan pujian bareng semuanya setiap hari bertemu itu komunikasi langsung belum ada HP belum ada faksimili belum ada telegram cara efektif masyarakat di pertemukan sehari lima kali," bebernya.

"Sehingga ketika ada bibit-bibit percaya perpecahan di antara kita ketika bertemu sehari 5 kali itu bisa langsung dikomunikasikan," tambahnya.

Baca Juga: Kapan Puasa Hari Pertama 2022 Ramadhan 1443 Hijriah ? Simak Penjelasan Beserta Waktu Cuti Hari Raya Idul Fitri

Kemudian, kata Buya Syakur, nanti seminggu sekali rapat desa, buktinya ada Sholat Jumat dan seharusnya khotib Sholat Jumat adalah Kepala Desa. Tapi sayang, Kepala Desa menyerahkan persoalan keagamaan kepada tokoh agama atau amil.

"Apa cirinya mana buktinya bahwa Sholat Jumat itu adalah rapat mingguan yuk kita nanya masalah yang ada di desa, ketika mereka kumpul dikasih pengarahan atau pidato atau di ceramahi atau bahasa arabnya namanya khutbah sebelum Sholat pada Khutbah pertama di situ khotib menyampaikan sambutan dan melaporkan hasil pembangunan desa Minggu yang kemarin dari Jumat sampai Jumat," ujarnya.

Apa yang dilakukan laporan bahwa minggu ini kita baru selesai memperbaiki gorong-gorong yang menyempit yang menjadi sebab kebanjiran, terus Buya Syakur juga memberikan contoh rumah orang jompo ada tiga selesai masih lima lagi belum selesai, dilaporkan juga anak yatim yang putus sekolah sudah diantarkan sekolah dan sudah minta dispensasi supaya tidak bayar SPP.

"Tausiah taqwa itu begitu bukan kalimatnya usikum waiyaya bitaqwallah. Tapi menanggulangi permasalahan masyarakat, itu yang namanya bertakwa (wasiat taqwa)," ujarnya.

Baca Juga: 5 Langkah yang Bisa Dilakukan Saat Terjadi Kebakaran, Selamatkan Diri Lebih Penting

Permaslahan yang terjadi di masyarakat juga disampaikan agar kemudian ada solusi untuk menyelesaikannya, itu kemudian ada kotak amal yang fungsinya bisa digunakan untuk membantu saudara yang sedang sakit atau kesulitan, atau memperbaiki pembangunan atau sarana umum yang belum selesai atau rusak.

"Kotaknya tuh ada shodaqoh untuk bantu teman kita yang sakit. (Karena) orang sakit diobati yang goblok diajarin, yang laper dikasih makan itu namanya ketakwaan," ujarnya.

Karenanya, dia menyampaikan, hendaknya khotib Jumat itu menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh masyarakat, bukan menggunakan bahasa Arab yang posisi khotib dan mustami'nya sama-sama tidak mengerti isi dari khutbahnya.

Baca Juga: Hukum Ziarah Kubur Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Selain itu, ada rapat umum tahunan yang satu untuk nasional dan satu lagi untuk rapat umum internasional (idul fitri dan idul adha. ***

Editor: Dipo Sasono

Sumber: YouTube KH Buya Syakur Yasin MA

Tags

Terkini

Terpopuler