Literasi News - Pemecatan Frank Lampard sebagai manajer Chelsea bukan sesuatu yang mengejutkan. Sebab menjadi manajer kesebelasan 'The Blues' merupakan salah satu pekerjaan tersulit dunia meskipun dia memiliki segudang prestasi.
Chelsea terkenal sebagai klub yang ambisius dan menginginkan prestasi instan dari setiap manajer yang menukanginya. Saat Lampard diangkat sebagai manajer Chelsea, dia menawarkan proyek jangka panjang kepada manajemen klub.
Proyek itu adalah dengan mengorbitkan para pemain muda binaan akademi Chelsea sebagai penggawa masa depan klub. Ide inipun diterima oleh manajemen klub.
Baca Juga: Cianjur Jadi Tuan Rumah Peringatan HPN 2021 Tingkat Jawa Barat yang akan Digelar PWI
Namun rupanya mereka berubah tidak sabar dengan proyek yang diusung Lampard setelah menuai beberapa kali kekecewaan.
Seusai menjual Eden Hazard ke Real Madrid pada tahun 2019 serta hukuman larangan melakukan aktivitas transfer, Chelsea mulai berpikir untuk menuju ke arah baru dengan menempatkan Lampard sebagai nakhodanya.
Menurut kolumnis Peter Smith dalam opininya di Sky Sports pada Senin 25 Januari 2021, meskipun Lampard dinilai masih hijau dari segi pengalaman menangani klub, namun statusnya sebagai pemain dan legenda klub dinilai cukup untuk membawa Chelsea dengan ide proyek bersama penggawa mudanya.
Baca Juga: Cek Penerima Bantuan BPNT yang Akan Disalurkan dari Januari Hingga Desember 2021
Namun hal itu tidak berjalan mulus setelah klub memutuskan untuk memecat Lampard sekaligus mengesampingkan proyeknya mengingat posisi mereka yang hanya berada di urutan ke sembilan dengan raihan 29 poin, beda selisih 11 angka dari pemuncak klasemen Liga Primer Inggris sementara yaitu Manchester United.