Harga Pangan Dunia Melonjak Berpotensi Naik 20 Persen Hingga Akhir 2022, Ini Penjelasan Menteri Keuangan

- 15 Juli 2022, 17:51 WIB
Harga pangan dunia melonjak dan berpotensi mengalami kenaikan hingga 20 persen menuju akhir tahun 2022. Ini kata Menkeu Sri Mulyani.
Harga pangan dunia melonjak dan berpotensi mengalami kenaikan hingga 20 persen menuju akhir tahun 2022. Ini kata Menkeu Sri Mulyani. /BPMI Setpres

Literasi News - Harga pangan dunia melonjak dan berpotensi mengalami kenaikan hingga 20 persen menuju akhir tahun 2022.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam High Level Seminar G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat 15 Juli 2022.

"Harga pangan dunia melonjak hampir 13 persen pada bulan Maret 2022. Ini juga mencapai level tertinggi baru dan kemungkinan akan naik lebih jauh," kata Sri Mulyani.

Menkeu menjelaskan, saat ini seluruh dunia menyaksikan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kelaparan global. Perang di Ukraina dan memburuknya pembatasan ekspor memperparah dampak pandemi Covid-19, yang mengakibatkan ketidaksesuaian permintaan pasokan dan gangguan pasokan, yang mendorong harga pangan ke level tertinggi.

Tantangan terhadap ekonomi global, menurut dia, kemungkinan akan terus berlanjut sehingga harga pangan tetap tinggi di masa mendatang. "Situasi saat ini pada tahun 2022 diproyeksikan akan semakin memburuk dan ini bukan kabar baik bagi kita semua," ujarnya.

Baca Juga: Jokowi: Konflik Rusia - Ukraina Pengaruhi Kenaikan Harga Komoditas Pangan dan Energi di Dalam Negeri

Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 yang belum terselesaikan serta yang konflik sedang berlangsung di Ukraina kemungkinan akan memperburuk kerawanan pangan akut di tahun 2022 yang sudah parah.

Selain itu, tambah Menkeu, krisis pupuk yang mengancam juga berpotensi memperburuk dan memperpanjang krisis pangan, bahkan hingga 2023 dan seterusnya. Dengan begitu, ada urgensi dimana krisis pangan harus ditangani.

Pengerahan semua mekanisme pembiayaan yang tersedia segera, tutur dia, diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas finansial dan sosial. Hal ini nyata dan mendesak, terutama bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan negara berkembang.

"Kebijakan ekonomi makro yang baik dipandang masih perlu untuk dipertahankan," ucap Sri Mulyani.

Halaman:

Editor: Hasbi

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x