Odesa Indonesia: 6 Strategi Pemberdayaan Masyarakat Petani Desa

- 8 Desember 2023, 14:57 WIB
Odesa Indonesia: 6 Strategi Pemberdayaan Masyarakat Petani Desa.
Odesa Indonesia: 6 Strategi Pemberdayaan Masyarakat Petani Desa. /Odesa Indonesia

Literasi News - Mengubah perilaku bertani di kalangan petani bukanlah hal mudah. Kebiasaan usaha petani yang telah dijalankan turun-temurun telah membentuk mentalitas sekalipun hal tersebut tidak menguntungkan bahkan merusak lingkungan.

Lantas bagaimana jika kita ingin terjadi perubahan ke arah yang lebih baik?

Toha Odik (43 tahun), seorang petani di Cimenyan Kabupaten Bandung memiliki pengalaman dengan enam strategi untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat petani di desa.

Baca Juga: Atasi Lahan Kritis, Yayasan Odesa Indonesia Gerakkan Petani Binaan Tanam 2.000 Pohon di KBU

“Pertama kita harus menyertakan modal materi. Kedua menanamkan pikiran baru. Ketiga memberi contoh langsung. Keempat, harus ada kerjasama antar petani dan selain petani. Kelima, menjaga kepercayaan. Keenam, memberikan apresiasi yang positif pada mereka yang mau bertindak mengambil peran,” kata Toha di sela kegiatan sosialisasi pembagian bibit kepada petani Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, Kamis, 7 Desember 2023.

Toha adalah ketua Himpunan Orang Tani Niaga (Hotani), sebuah organisasi kelompok tani yang berada di bawah Organisasi Odesa Indonesia.

Melalui organisasinya yang didirikan 11 April 2017 tersebut memiliki pengalaman yang menarik terkait mengubah perilaku petani.

Para petani yang selama ini hanya memilih menanam sayuran secara monokultur dan mau berubah ke arah sistem polikultur dengan menanam pohon buah-buahan termasuk tanaman kelor dan hanjeli.

Bahkan lebih dari itu, Toha juga bisa membuktikan para petani kecil yang tidak mengenal budidaya tani pekarangan sekarang mau menjalankannya.

Ratusan Ribu Pohon Tumbuh

Dari fakta yang dikumpulkan oleh Odesa Indonesia, kegiatan Toha bersama puluhan petani di Desa Mekarmanik Cimenyan telah menghasilkan keberhasilan dalam gerakan tanam yang bertujuan meningkatkan gizi dan memperbaiki lahan pertanian.

Abdul Hamid, bagian Administrasi Odesa Indonesia memberikan kesaksian, di bagian dalam hutan maupun di ladang-ladang dekat hutan, terdapat ratusan ribu pohon buah-buahan telah tumbuh besar, bahkan telah menghasilkan panen.

“Kalau kita masuk ke hutan Arcamanik, kita akan melihat banyak pohon buah-buahan seperti Nangka, Sirsak, Sukun, Mangga, Jeruk, Jambu, termasuk kelor. Selain itu, Mang Toha juga berhasil menggerakkan petani untuk melaksanakan kegiatan tani pekarangan bagi warga buruh tani” kata Abdul Hamid, yang memegang data kegiatan penyebaran bibit tanaman yang dilakukan oleh Odesa Indonesia.

Menurut Hamid, Yayasan Odesa Indonesia sejak tahun 2016 hingga 2023 telah menyebarkan setidaknya 870.000 bibit tanaman di Kawasan Bandung Utara meliputi Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Cilengkrang dan Kecamatan Cileunyi.

Dari jumlah 870.000 bibit tersebut terdapat 300 ribu bibit tanaman yang telah menyebar di Desa Mekarmanik Cimenyan Kabupaten Bandung.

Baca Juga: Panwaslucam Anjatan Gelar Konferensi Pers Terkait Regulasi Tahapan Kampanye

Dari jumlah 300 bibit tersebut paling banyak adalah bibit kopi yang dibagikan kelompok Hotani mencapai 220.000.

Menurut Hamid, Budidaya tanaman kopi di Hutan Arcamanik Cimenyan sudah banyak yang panen. Sedangkan tanaman lain adalah mangga, sirsak, durian, manggis, pete, jengkol, belimbing, jeruk, jambu, kelor, dan matoa.

“Saya senang karena ternyata para petani pada akhirnya mau melakukan apa yang kita inginkan. Tetapi semuanya butuh kesabaran panjang tentunya,” kata Toha.

Lima Rumus Pemberdayaan

Menambahkan penjelasan terkait dengan lima rumus keberhasilan, Toha memberikan catatan sebagai berikut.

Rumus pemberian modal materi. Dalam pemberdayaan yang dilakukan oleh Hotani bersama Odesa Indonesia, Toha melalukan aksi menanam dengan memberikan modal.

Ini syarat mutlak karena para petani selain tidak punya pengalaman menanam buah-buahan, juga tidak memiliki bibit.

Banyak penyuluhan yang dilakukan organisasi lain gagal. Anjuran-anjuran pemerintah agar menanam pohon tinggi tidak dilakukan.

Bahkan terdapat kisah, pemerintah yang sering membagi bibit tanaman keras berupa tanaman kayu justru ditebang lagi setelah ditanam.

Karena kapok dengan bantuan bibit tanaman kayu, banyak petani yang enggan menanam.

“Mereka hanya menerima bibit dan berkata sanggup menanam tetapi tidak ditanam,” kata Toha.

Sementara dengan datangnya bibit-bibit tanaman pangan seperti kopi dan buah-buahan banyak petani mau menancapkan pohon tersebut di ladang yang mereka miliki atau ladang yang mereka kelola.

Dengan prinsip pemberian modal materi seperti ini Toha menegaskan bahwa pemberdayaan itu harus konkret dilakukan dan tidak menyusahkan para petani.

Kalau pada masa proses awal petani dibebani untuk membeli, apalagi mereka kebanyakan petani berpenghasilan minim, tentu mereka tidak mau.

Rumus kedua adalah memberikan pikiran baru. Sejak awal Toha menerima mandat kerja dari Odesa Indonesia, ia terikat untuk melakukan pendidikan tentang tanaman dan pola tanam.

Brosur-brosur bacaan dan kegiatan pertemuan kewargaan terus dilakukan.

Para petani mendapatkan penjelasan berulang-ulang tentang bahaya pertanian monokultur (budidaya tanaman sejenis) dengan menunjukkan fakta tentang kerusakan lingkungan pertanian dan minimnya panen sumber pangan.

Selain itu para petani juga mendapatkan cara baru untuk mengatasi masalah erosi dan memperbaiki gizi sistem budidaya polikultur (budidaya anekaragam tanaman).

Selain itu, Toha juga aktif menjelaskan tentang keuntungan gizi dan keuntungan uang dari hasil panen buah, termasuk kelor.

“Dalam pemberdayaan, harus ada materi sekaligus ilmu, tetapi itu juga tak cukup apalagi menyangkut banyak orang. Butuh syarat lain,” katanya.

Syarat ketiga ialah contoh konkret. Bagi Toha, masyarakat petani punya garis berpikir dengan melihat langsung contoh yang ada.

Pengelihatan mereka yang terbatas di area sekitarnya juga menjadi problem.

Lain halnya manakala petani tersebut sering piknik ke luar daerah dan melihat keadaan lain tentang pertanian.

Karena petani di sekitar Toha kebanyakan terkungkung pemikirannya, maka satu-satunya rumus adalah dengan memberi contoh.

Percontohan yang dimaksud ialah kesediaan Toha menanam dan memperlihatkan kepada saudara dan tetangga sekitarnya. Dengan cara itulah pola pikir petani baru bisa percaya.

“Saya tunjukkan panen alpukat saya, walaupun hanya beberapa puluh pohon itu sudah cukup.

Saya tunjukkan pohon kelor saya, dan saya uji juga soal manfaatnya bagi kesehatan dan terbukti itu yang mendorong para petani ikut aktif,” jelas Toha.

Selain ketiga syarat tersebut, hal yang membuat banyak petani menerima program Odesa Indonesia dikarenakan Toha dan teman-temannya sering bekerjasama dengan banyak pihak.

Kerjasama yang baik menurut Toha bukan hanya antar petani sekampung, melainkan harus melintas lintas desa, lintas kecamatan dan bahkan sering bertemu dengan petani dari luar daerah.

Toha yang mendapatkan banyak kepercayaan dari Odesa Indonesia untuk menggelar pertemuan-pertemuan antar petani, termasuk menerima tamu dari luar daerah membuat dirinya percaya bahwa hanya dengan kerjasama antara petani dan selain petani kegiatan akan berjalan.

“Kalau kita hanya mengumpulkan petani tentu tidak akan ada solusi. Kami terbiasa berhubungan dengan banyak pihak, ada dosen, wartawan, politisi, tentara, mahasiswa dan wirausahawan.

Dari situ memang sering menyita waktu dan pikiran, tetapi hanya dengan itu menurut saya kita bisa menghasilkan rezeki karena mereka yang ingin berderma tersalurkan dan hasilnya bagus,” papar Toha.

Selain kerjasama, ada satu syarat lagi, menjaga kepercayaan sangat dibutuhkan. Menurut Toha, para petani itu sulit percaya pada pemikiran baru, termasuk orang luar.

Kalau mereka kecewa dampak ngambeknya merembet kemana-mana. Tapi kalau sudah saling percaya para petani senang melakukan apapun.

Strategi keenam, yaitu sering mengapresiasi positif terhadap kerja yang telah dilakukan.

Kalau gagal ya diulang sampai berhasil. Kalau berhasil ya diberi sanjungan atau penghormatan.

Sekecil apapun para petani harus disanjung bahkan diberi hadiah manakala mereka telah melakukan pekerjaan.

Menurut Toha, dirinya bersama Odesa Indonesia secara khusus sering melakukan apresiasi ini dengan beragam cara, misalnya para pengurus mendatangi rumah petani yang telah melakukan kegiatan menanam.

Pengurus Odesa sering membiasakan menyampaikan berterimakasih kepada para petani.

Seringnya para pengurus Odesa menemui petani di rumah atau ladang menurut Toha menjadi kehormatan tersendiri bagi para petani.

“Para pengurus Odesa itu semuanya merakyat. Komunikasinya baik, menyediakan waktu untuk melayani petani,” jelas Toha.***

Editor: Abdul Rokib


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah