Network
Literasi News - Institute Kebangsaan menggelar diskusi dan ngobrol santai, menjelang buka puasa di Kafe Kala Tebet pada hari jumat 30 April 2021. Diskusi dipandu oleh presenter milenial Piet Cintya ini, dan dihadiri puluhan generasi milenial.
Dalam diskusi tersebut menghadirkan pembicara Hasanudin Ali dari Alvara Institute, Agus Wasana dari Lembaga Kajian Lanskap Indonesia, dan Direktur Institute Kebangsaan, Dr. Achmad Maulani.
Maulani menyampaikan hasil temuan lapangan bahwa masyarakat umumnya sudah lelah, bahkan "muak" dengan politik identitas yang telah membelah masyarakat secara berhadap hadapan. "Itu adalah fase terburuk dalam sejarah perpolitikan bangsa," ujarnya.
Baca Juga: Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Orang Lain, Serta Orang yang Berhak Menerimanya
Indonesia membutuhkan calon calon pemimpin yang punya kecerdasan, komitmen dan visi kesejahteraan, serta aktif menyampaikan pesan di social media dan mampu membangun kohesi sosial.
Hasanuddin Ali mengungkapkan milenial di Indonesia saat ini adalah kelompok terbesar, hampir 60 persen dari total populasi penduduk Indonesia.
Masa depan Indonesia sangat bergantung dengan keberadaan mereka. Capres capres pada pilpres 2024 sangat dipengaruhi, bagaimana cara mereka berhubungan dan teribat dalam “pembicaraan” dengan generasi Milenial ini.
Baca Juga: Bacaan Niat Zakat Fitrah dan Penjelasan Mengenai Waktu Pelaksanaannya
Karena itu, pimimpin dimasa depan harus pintar dan bisa beradaptasi dengan perubahan. Yakni pemimpin yang mampu menggerakan agar milenial tidak acuh terhadap politik.
Survei alvara menunjukkan bahwa salah satu sifat milenial itu acuh terhadap politik. "Karenanya, menurut saya para elit politik harus mampu meyakinkan milenial bahwa politik itu baik," imbuh Ali
