Literasi News - Batas-batas di ruang digital yang nyaris tak ada, membuat propaganda radikal terorisme bisa dengan mudah masuk. Dengan makin meningkatnya aktivitas masyarakat di dunia digital, apalagi di masa pandemi ini, maka warga makin berpotensi besar terpapar paham radikalisasi yang kian marak.
Hal tersebut ditegaskan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar, saat memberi sambutan dalam Rakernas Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) VIII bertema "Kolaborasi untuk Indonesia”, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Selasa, 2 Maret 2021 malam.
"Dan, propaganda radikal tersebut dapat dikalahkan dengan mengisi dunia maya oleh konten-konten positif, yang sarat nilai toleransi dan perdamaian," ujar Boy.
Dia menuturkan, nilai-nilai yang tidak sejalan dengan jati diri bangsa Indonesia, seperti inteoleransi, bisa menjadi pemicu lahirnya paham radikalisme di tengah masyarakat. Oleh karena itu, dia meminta FKPT bisa segera berperan aktif dalam melakukan pencegahan paham radikalisme yang mengarah kepada terorisme.
Boy juga menyarankan, saat FKPT melakukan sosialisasi agar melibatkan tokoh masyarakat setempat, mulai dari unsur pemerintah, tokoh agama, pendidikan, dan tokoh-tokoh lainnya.
"Kita semua adalah pejuang anti radikalisme intoleran. Inilah tugas kemanusiaan yang diwarisi para leluhur kita. Menjadi tugas kita menjaga kesatuan dan persatuan nilai-nilai luhur bangsa. Tentunya, FKPT masing-masing provinsi agar melaksanakan program-program yang telah tersusun dan mengidentifikasi permasalahan dengan baik, meski di tengah keterbatasan dan kendala akibat pandemi Covid-19," tuturnya.
Baca Juga: Dimana dan Berapa Harga Rumah KPR Bersubsidi? Langsung Saja Cek di Tiga Situs Resmi Ini