Cerita Penyintas Covid-19, Tetap Jalankan Protokol Kesehatan

- 28 November 2020, 06:52 WIB
Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr.PH (Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI) bersama Icha Atmadi, S.T. (Penyintas COVID-19)  dalam dialog produktif bertema memaksimalkan pengelolaan kesehatan lewat vaksinasi di Jakarta, Kamis, 26 November 2020.
Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr.PH (Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI) bersama Icha Atmadi, S.T. (Penyintas COVID-19) dalam dialog produktif bertema memaksimalkan pengelolaan kesehatan lewat vaksinasi di Jakarta, Kamis, 26 November 2020. /

 

Literasi News - Pertengahan Agustus lalu, Icha Atmadi beserta suami dan ayahnya dinyatakan positif Covid-19. Ayahnya mengalami gejala Covid-19 yang terbilang berat sehingga harus dirawat di rumah sakit. Sementara Icha dan suaminya disarankan untuk melakukan isolasi mandiri.

“Sampai dinyatakan sembuh, perlu waktu hampir satu bulan buat saya dan suami melakukan isolasi mandiri. Sedangkan ayah harus menjalani perawatan di rumah sakit selama satu bulan dan total 45 hari sampai dinyatakan sembuh,” tutur Icha dalam Dialog Produktif dengan tema ‘Memaksimalkan Pengelolaan Kesehatan Lewat Vaksinasi’ pada Kamis 26 November 2020 yang diselenggarakan di Media Center Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN).

Diakuinya, penderitaan yang dialami tidak hanya fisik tapi juga secara psikis. Persoalan bertambah dengan biaya pengobatan Covid-19 yang terbilang tidak murah. “Jika dihitung-hitung, biaya perawatan ayah selama di rumah sakit bisa menyentuh angka 100 juta rupiah,” ujar Icha.

Baca Juga: BMKG: Waspadai Ancaman Bencana Hidrometeorologi Jelang Natal dan Tahun Baru

Namun, Icha merasa cukup beruntung biaya perawatan ayahnya di rumah sakit ditanggung oleh pemerintah. Selain itu, pemerintah setempat sangat bertanggung jawab setelah dia melaporkan ke RT/RW terkait kondisi yang dialaminya dan keluarganya.

 

Icha tidak menyangka akan terkena Covid-19 karena dia dan keluarganya termasuk yang protektif dan disiplin melakukan protokol kesehatan.

“Namun kami pun masih bisa kena. Pengalaman ini membawa kami pada titik terendah yang membuat kami jadi intropeksi diri dalam menjaga hati dan fisik, yang ringan saja mengerikan apalagi sampai gejala berat,” terangnya.

Kini, protokol kesehatan lebih ketat dilakukan di keluarga Icha dan telah menjadi gaya hidup. Icha berharap pengalaman ini tidak dialami oleh orang lain.

Halaman:

Editor: Zaenal Mutaqin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x