Mengenal Esensi dan Sejarah Halal Bihalal, yang Dilaksanakan Setelah Hari Raya Idul Fitri

- 2 Mei 2023, 18:06 WIB
Mengenal Esensi dan Sejarah Halal Bihalal, yang Dilaksanakan Setelah Hari Raya Idul Fitri
Mengenal Esensi dan Sejarah Halal Bihalal, yang Dilaksanakan Setelah Hari Raya Idul Fitri /Prokopim Banyumas

Literasi News- Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Sumenep, Jawa Timur, Damanhuri menyatakan, istilah halal bihalal berasal dari bahasa Arab yang kemudian menjadi kekhasan Indonesia yang dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri.

Dalam sudut pandangnya, halal bihalal berarti menyelesaikan problem, kesulitan, meluruskan benang kusut, dan mencairkan sesuatu yang beku. Jadi, halal bihalal dikonotasikan pada kegiatan silaturrahim atau saling memaafkan.

"Halal bihalal tak mungkin diselesaikan selama 1 bulan. Karena karakteristik masyarakat Madura cukup kental dengan adat ketimuran. Sejauh memiliki hubungan darah, teman, besan dan lainnya, warga tetap menjalin silaturahim," ucapnya di program Indonesia Bisa yang mengudara di Pro 1 Radio Republik Indonesia (RRI) Sumenep, Kamis, 17 April 2023.

Baca Juga: Posisi Tidur yang Dianjurkan dalam Ajaran Islam, Simak Penjelasan Disini!

Dijelaskan, istilah halal bihalal dihadapkan dengan istilah haram. Ketika melihat sesuatu, muncullah pertanyaan halal atau haram. Haram adalah sesuatu yang dilarang, sehingga ketika melanggar mendapat dosa. Sedangkan halal adalah sesuatu yang diperbolehkan sehingga yang berbuat mendapat pahala.

Secara historis, lanjutnya, ada 3 fase dan kronologi istilah halal bihalal muncul di tengah-tengah masyarakat. Pertama, fase sebelum gagasan yang dimunculkan oleh KH Abdul Wahab Chasbullah.

Setelah melihat beberapa manuskrip kuno, seperti babad Cirebon, Demak, Pasai, dan Jawa, sebenarnya kegiatan halal bihalal sudah terjadi pada abad ke-15, yaitu pada masa Walisongo. Waktu itu Walisongo memanfaatkan ritual Dharma Sunya bagi pemeluk Kapitayan. Setahun sekali mereka punya tradisi saling menghilangkan kesalahan," urainya pada khalayak.

Baca Juga: Jadwal Acara RCTI Hari Ini Selasa 2 Mei 2023, Ada 9 Bulan, Preman Pensiun, Ikatan Cinta, Kesetiaan Janji Cinta

Fase kedua muncul pada abad ke-18 (tahun 1900-an). Diceritakan, dalam babad Cirebon, Raja Arya Mangkunegara I (nama lahir Raden Mas Said) pendiri Kadipaten Mangkunegaran Surakarta, Jawa Tengah, mentradisikan sungkeman. Di sana para prajurit berkumpul di balai, kemudian sowan pada raja dan permaisuri yang terjadi setelah idul Fitri.

Halaman:

Editor: Abdul Rokib


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x