Network
Literasi News - Islam sebagai suatu agama di dalamnya merupakan seperangkat aturan hidup manusia. Dengan aturan tersebut, sejatinya dapat mewarnai seorang yang mengaku dirinya sebagai muslim.
Pada dasarnya ketundukkan dan ketaatan seorang muslim kepada aturan Allah SWT dan Rasul-Nya, dengan sendirinya akan memberikan warna berbeda terhadap karakter dan cara pandang seseorang.
Dalam kaitan ini, Allah SWT menamakan ajaran Islam sebagai sibghah Allah, celupan atau pewarna Allah untuk semua hamba-Nya yang menjadikan syari'at Islam sebagai dasar dalam kehidupannya, seperti dalam firman-Nya yang menyatakan:
صِبْغَةَ اللَّهِ ۖ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً ۖ وَنَحْنُ لَهُۥ عٰبِدُونَ
"Sibgah Allah". Siapa yang lebih baik Sibgahnya daripada Allah? Dan kepada-Nya kami menyembah."
(QS. Al-Baqarah [2]: Ayat 138)
Baca Juga: Muhasabah Pagi: Ancaman Allah SWT Bagi Keluarga yang Tidak Melaksanakan Hukum Waris
Seperti halnya kain yang dicelup atau diberikan warna, maka ia akan terlihat warna yang melekat padanya. Demikian pula dengan Islam, hendaknya seseorang yang mengaku seorang muslim hendaknya nampak warna Islam dalam berperilaku, tutur kata, cara mengambil keputusan dan lain sebagainya.
Seperti halnya Umar bin khatab dan Khalid bin Walid yang sangat keras perangainya, ketika masa jahiliyah. Bahkan tidak sedikit kaum muslimin yang dibunuh oleh mereka berdua. Namun ketika keduanya masuk Islam, karakter awal mereka seolah tertutup oleh sibghah Allah, sehingga yang nampak adalah warna Islam yang lemah lembut dan sifat penyayang kepada sesama muslim.
Yang jadi pertanyaan untuk kita sebagai seorang muslim, sudahkah Islam menjadi shibghah dalam diri kita, sehingga nampak warna Islam dalam cara berperilaku, cara pandang kita? atau Islam hanya baru sebatas cassing atau topeng untuk menutupi keburukkan akhlak kita agar kelihatan seperti orang yang beragama?
Baca Juga: Muhasabah Pagi: Doa agar Hati Kita Selalu Istiqomah dan Senantiasa dalam Petunjuk Allah SWT
