Network
Literasi News - Allah SWT berfirman:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسٰىٓ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسٰىٓ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 216)
Pada ayat di atas Allah SWT mengawali firman Nya dengan perintah berjihad pada saat wilayah Islam telah diganggu oleh musuh-musuh Islam.
Baca Juga: Klasemen Liga Inggris: Manchester City Makin Menjauh, Unggul 12 Poin Dari MU Pesaing Terdekatnya
Berjihad dalam melawan musuh Islam merupakan sesuatu yang amat berat dan menyulitkan serta tidak disenangi, karena dapat mengakibatkan kematian atau paling tidak luka.
Namun Allah SWT menjelaskan bahwa sesuatu yang tidak disenangi boleh jadi terdapat kebaikan untuknya di dunia maupun di akhirat. Di dunia ia akan hidup mulia dengan menjalankan syari'at Nya dan ketika mati syahid pun ia di akhirat sebagai penghuni syurga tanpa hisab.
Jika kita tarik subtansi ayat di atas dalam kehidupan lebih luas, seringkali kita menjadikan dasar untuk menentukan sesuatu itu baik atau buruk terhadap syariat Allah SWT atau taqdir Allah SWT kepada kita adalah pikiran kita sendiri.
Baca Juga: Saksikan Terminator 3 dan Sicario, Berikut Jadwal Trans TV Hari Ini Senin, 1 Maret 2021
Seolah akhir yang baik itu mesti diawali dengan permulaan yang dianggap baik menurut keinginan kita. Padahal kita mungkin pernah mengalami suatu pengalaman yang baik dan indah dari keadaan yang sebelumnya oleh kita dianggap buruk dan tidak menyenangkan.
